Senin, Mei 04, 2009

PILPRES 2009



PILPRES 2009
Pemilihan Umum (Pemilu) Legislatif 2009 telah selesai dilaksanakan, tinggal menunggu hasil final penghitungan suara oleh KPU. Meski hasil quickcount (hitung cepat) oleh beberapa lembaga survei telah diketahui hasilnya, tetapi hasil penghitungan KPU tetap menjadi keputusan final.
Dari beberapa hasil quickcount, antara beberapa lembaga survei hasilnya tidak jauh berbeda, dimana Partai Demokrat dengan hasil sekitar 20 %, Partai Golkar 14%, PDIP 14% sedang partai lain hanya memperoleh satu digit saja. Pencapaian ini bila dibandingkan dengan hasil Pemilu 2004 (dengan pencapaian sekitar 7%) merupakan kenaikan yang sangat drastis sekali bagi Partai Demokrat (PD). Dengan hasil disekitaran 20% bagi PD tinggal mengajak satu partai yang perolehan suaranya sekitar 5% berkoalisi untuk mengajukan Capres. Hal ini berbeda bagi partai-partai yang perolehan suaranya jauh dibawah PD, sehingga untuk sampai angka 25% partai-partai tersebut harus mencari beberapa partner koalisi untuk dapat mengajukan calon presiden.
Partai Demokrat (PD) sudah jelas akan mengajukan kembali Susilo Bambang Yodhoyono (SBY) sebagai capres-nya, sedang siapa yang akan mendampingi sebagai cawapres sampai saat ini belum diputuskan. Beberapa partai mengajukan kadernya sebagai calon pendamping SBY, tetapi belum mendapat keputusan dari SBY sendiri, yang telah diberi mandat oleh PD untuk memilih pasangannya sebagai cawapres.
Partai Golkar dan PDIP yang perolehan suaranya juga tidak mencapai 25% harus mencari beberapa partner untuk ber-koalisi.
PDIP yang jauh-jauh hari sudah memutuskan Megawati Sukarnoputri sebagai capresnya, dan sampai saat ini belum ada perubahan, akan berkoalisi dengan partai lain untuk mencapai syarat 25% dengan imbalan posisi cawapres. Akhir-akhir ini yang sering melakukan pertemuan dengan Megawati adalah Prabowo dari Gerindra, namun belum ada keputusan akhir.
Partai Golkar (PG), sama seperti PDIP, bila ingin mengajukan capres harus berkoalisi dengan partai lain untuk memenuhi syarat pengajuan capres/cawapres. Memperhatikan hasil Rapimnas Partai Golkar beberapa hari yang lalu dimana diputuskan PG mengusung Jusuf Kalla (JK) sebagai capres sendiri dan akan mecari cawapres dari partai yang akan berkoalisi dengan PG. Sehubungan dengan hasil rapimnas PG yang memutuskan mengusung JK sebagai capres, berarti kemungkinan JK kembali menjadi cawapresnya SBY tidak akan terjadi. Terhadap hasil rapimnas PG tersebut muncul resistensi dari pengurus PG ditingkat cabang (DT II), yang ingin tetap berkoalisi dengan PD dan mengajukan beberapa nama sebagai cawapres bagi SBY dari PG.

Melihat hasil sementara perolehan suara pemilu legeslatif dan perkembangan kemungkinan koalisi antar partai dalam pencalonan capres/cawapres kemungkinannya akan ada 3 (tiga) calon, yaitu :
- SBY dengan pasangannya yang diusung oleh Partai Demokrat.
- Megawati dan pasangannya diajukan oleh PDIP berkoalisi dengan partai lain.
- JK dan pasangannya diajukan oleh Partai Golkar berkoalisi dengan partai lain.

PELUANG CAPRES / CAWAPRES
Dari kemungkinan capres diatas dapat diprediksi peluang mereka dalam menghadapi pemilu presiden di bulan Juli mendatang. Pilpres lebih daripada persaingan partai, tetapi merupakan persaingan individu yang akan diutamakan. Pada tahap ini tugas partai hanya sebagai pengusung pencalonan, pada saatnya kapasitas individu seseoranglah yang akan dipilih oleh konstituen. Jumlah persentasi koalisi (pemilu legeslatif) tidak berkorelasi langsung dengan kemenangan dalam pilpres nanti.

Capres SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Susilo Bambang Yodhoyono capres PD, sebagai Presiden incumbent secara tidak langsung ada pada posisi yang lebih menguntungkan dibandingkan capres lain. Dengan posisi sekarang yang masih menjabat, dia dapat mempengaruhi konstituen dengan membuat kebijakan-kebijakan yang populis menjelang pelaksanaan capres. Seperti penerimaan PNS, menaikkan gaji PNS dan Tentara, penurunan harga BBM, membuat proyek padat karya dan kebijakan-kebijakan lain yang menguntungkan orang banyak. Ini akan menarik konstituen untuk memilih dia kembali. Karena itu cukup besar peluang bagi SBY untuk terpilih kembali. Dan karena peluangnya lebih besar, maka akan banyak partai-partai lain yang bersedia berkoalisi. Tinggal faktor siapa yang akan mendampingi sebagai cawapres, jika dari kelompok nasionalis peluang terpilih kembali akan menjadi lebih baik, tetapi apabila mengambil cawapres dari partai beraliran keagamaan kemungkinan akan ada resistensi dari konstituen kelompok nasionalis. Ini sedikit banyak akan mempengaruhi peraihan suaranya pada pilpres nanti.

Capres MEGAWATI SUKARNOPUTRI
Megawati Sukarnoputri calon PDIP, pernah menjabat Presiden RI. Rakyat Indonesia sudah pernah merasakan bagaimana berada dibawah kepeminpinan Megawati. Pengalaman terhadap apa yang pernah dialami akan menentukan pilihan konstituen. Jika yang mereka alami positif kemungkinan mereka akan memilih kembali, akan tetapi jika pengalaman negatif yang mereka rasakan maka mereka akan beralih ke capres lain. Karena sudah pernah menjabat sebagai Presiden dan rakyat sudah tahu kapasitasnya, ini merupakan kelemahan Megawati jika jadi tampil sebagai capres pada pilpres nanti. Satu lagi yang mungkin dapat mengganjal capres ini adalah adanya pemikiran negatif disebagian konstituen tentang peminpin perempuan. Tetapi mencari pengganti capres dari kader partai PDIP sendiri bukanlah hal yang mudah, karena nama Sukarno sudah terlanjur menjadi trade mark partai, sehingga bila muncul nama lain kemungkinan besar tidak akan laku untuk dijual. Keterikatan PDIP dengan dinasti Sukarno kelihatannya akan terus berlanjut dengan dimunculkannya Puan Maharani sebagai kader partai, yang tidak lain adalah anak dari Megawati Sukarnoputri.
Megawati sampai saat ini belum menentukan siapa yang akan dipilih sebagai cawapres-nya. Tapi siapapun cawapres yang akan dipilih tidak akan berpengaruh banyak, faktor Mega sebagai capres lebih dominan. Peluang Mega pada pilpres nanti juga tergantung pada siapa yang akan dipilih SBY sebagai pendamping. Jika SBY memilih kelompok nasionalis, peluang Mega tipis akan terpilih. Tapi jika SBY memilih pasangan dari partai beraliran keagamaan, disitulah akan muncul peluang bagi Mega untuk tampil sebagai pemenang.

Capres JUSUF KALLA
Jusuf Kalla capres PG, dan telah mengumumkan kepada publik bahwa pasangannya sebagai cawapres adalah Wiranto dari Partai Hanura. Jika diperhatikan pasangan ini merupakan kombinasi sipil dan militer. Dengan jargon JK Win, pasangan ini dengan percaya diri yang tinggi mendeklarasikan pencdalonan mereka.
Latar belakang Jusuf Kalla yang berasal dari Sulawesi sedikit banyak akan berpengaruh terhadap pilihan konstituen. Walaupun seharusnya asal daerah seseorang tidak harus menjadi pertimbangan dalam pemilihan, tetapi Indonesia yang masih kuat dengan pandangan primodialisme, hal tersebut belum dapat dihilangkan. Juga komentar JK sebagai Wapres menanggapi kenaikan BBM, peralihan dari kompor minyak tanah ke LPG dan komentar lainnya yang terkesan meremehkan permasalahan akan berpengaruh terhadap pilihan rakyat.
Wiranto yang bekas Panglima ABRI (saat itu) tidak dapat dipisahkan dengan peristiwa Mei 1998. Saat dimana Suharto harus melepaskan jabatan presiden karena aksi massa yang memintanya turun. Masih jelas dalam ingatan, pidato beliau yang mengatakan akan melindungi keluarga mantan presiden tersebut saat perlaihan kekuasaan dari Suharto ke BJ. Habibie. Kesan bahwa Wiranto adalah orangnya Suharto begitu kuat, ini juga akan mempengaruhi pilihan konstituen.
Diperkirakan akan banyak konstituen di wilayah Timur Indonesia memberikan suaranya bagi pasangan JK Win, tapi tidak di Jawa dan Sumatera dimana jumlah pemilih sangat banyak jumlahnya, yang membuat peluang pasangan ini agak kecil untuk menang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar