Rabu, September 28, 2016

MENJELANG PILKADA DKI JAKARTA TAHUN 2017


Hasil gambar untuk logo DKI JAKARTA

Jakarta sebagai ibu kota Republik Indonesia, pastilah menarik banyak orang untuk menjadi Gubernur DKI Jakarta. Pilkada DKI Jakarta yang akan berlangsung pada 15 Februari 2017, dengan masa pendaftaran pasangan Cagup dan Cawagup tgl. 21-23 Septenber 2016.

Rabu, 21 September 2016 koalisi empat partai; PDIP, GOLKAR, NASDEM dan HANURA resmi mendaftarkan pasangan BASUKI TJAHAYA PURNAMA (Ahok)  dan DJAROT SYAIFUL HIDAYAT (Djarot) sebagai calon Gubernur dan calon Wakil Gubernur DKI Jakarta periode  tahun 2017-2022.

Setelah lama menunggu siapa calon yang akan diusung oleh PDIP, akhirnya sehari sebelum masa pendaftaran dimulai, partai Banteng Moncong Putih tersebut menjatuhkan pilihan pada Ahok, yang sebelumnya sudah didukung oleh partai NASDEM, HANURA dan GOLKAR. Walau banyak penolakan, baik dari tokoh-tokoh tertentu bahkan dari kader partainya sendiri,  akhirnya Ahok dan Djarot yang terpilih.

Kamis malam, 22 September 2016 , "koalisi Cikeas" (Partai Demokrat, PKB, PPP dan PAN) mengumumkan secara resmi Cagub/Cawagub DKI dari koalisi mereka. Sehari sebelumnya koalisi ini menjanjikan kejutan bagi rakyat Jakarta untuk calon pilihan mereka. Dan, rakyat Jakarta mungkin memang terkejut, karena mereka memilih AGUS HARIMURTI dan SYLVIANA MURNI sebagai pasangan Cagub/Cawagub.

Agus Harimurti, yang tidak lain adalah putra dari mantan Presiden RI Susilo Bambang Yudoyono (SBY) yang kini Ketua Umum Partai Demokrat, saat ini adalah seorang Perwira Menengah (Pamen) di TNI AD dengan pangkat Mayor Infantri. Dengan pencalonan ini, berarti karier ketentaraannya akan segera berakhir. Nama Agus selama ini belum begitu dikenal dalam kancah perpolitikan nasional. 

Sedang Sylviana Murni saat ini menjabat sebagai Deputy Gubernur DKI bidang Pariwisata dan Kebudayaan. Setelah sebelumnya Partai Gerindra mengundangnya untuk ikut fit and proper test, ternyata yang meminangnya menjadi Cawagub adalah koalisi Cikeas.

Selintas tentang kekuatan dan kelemahan pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI :

  1. Pasangan BASUKI TJAHAYA PURNAMA (Ahok) / DJAROT SYAIFUL HIDAYAT (Djarot)


 
Hasil gambar
Basuki Tjahana Purnama
 
 
Hasil gambar
Djarot Sayful Hidayat

Pasangan ini adalah pasangan petahana yang menjabat sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta sampai dengan Oktober 2017.
        a. STRENGHT
            Pasangan Petahana

Pasangan Ahok/Djarot sebagai petahana mempunyai keuntungan menunjukkan kinerja mereka kepada rakyat Jakarta. Menjelang Pilkada ini mereka harus bisa membuktikan mereka bekerja untuk kepentingan rakyat Jakarta, seperti penanganan kemacetan dan banjir.  Jika sebagian besar rakyat puas dengan kinerja mereka, niscaya mereka akan dipilih lagi.
            Transparansi

Dalam mengelola anggaran DKI Jakarta yang begitu besar, pasangan Cagub/Cawagub ini mengutamakan transparansi, dengan sistem anggaran online. Dengan adanya transparansi ini, rakyat akan lebih percaya kepada peminpinnya. Transparansi anggran ini belum pernah ada sebelumnya di provinsi DKI Jakarta.

Anti korupsi

Ahok dikenal dengan keberaniannya melawan orang/kelompok yang dia duga membuat anggaran tidak jelas di APBD Jakarta. Sehingga seringkali Ahok sebagai Gubernur bertentangan dengan anggota DPRD, yang membuat hubungan Eksekutif dan Legeslatif menjadi tegang. Hal ini membuka mata masyarakat tentang penyusunan APBD, yang selama ini tidak pernah mendengar pertentangan antara Eksekutif dan Legeslatif, terutama masalah anggaran.

Program Kerja

Sebagai pasangan “incumbent” pasangan ini sudah mempunyai program kerja, seperti membebaskan biaya pengobatan dan pendidikan, tinggal meneruskan dan menambah jika dirasa perlu.
            Dekat Dengan Pemerintahan Pusat

Presiden RI Jokowi, dan Ahok dikenal mempunyai hubungan yang sangat dekat, karena mereka sebelumnya adalah pasangan Gubernur dan Wakl Gubernur DKI Jakarta. Kedekatan ini secara tidak langsung juga akan berpengaruh positif kepada pasangan petahana ini.


            b. WEAKNESS
            Suku

Ini adalah sasaran tembak pertama para penentang Ahok. Ahok berasal dari suku Tionghoa yang merupakan minoritas di Jakarta.  Dalam masyarakat yang sebagian besar masyarakatnya masih menganut paham primordialisme, suku yang sama merupakan salah satu dasar dalam memilih peminpin.

Agama

Selain berasal dari suku minoritas, Ahok juga penganut agama minoritas di Jakarta/Indonesia. Sebagai penganut agama Kristen, tidaklah mudah untuknya mendapatkan dukungan dari penganut agama mayoritas, yang juga mengutamakan calon dari kalangan mereka sendiri. Kemungkinan isu ini akan terus dihembuskan oleh penentangnya.
            Komunikasi Publik

Watak Gubernur petahana yang suka berbicara keras dan tegas, lawan politik menyebutnya “arogan”, bisa menjadi salah satu titik lemah yang akan diangkat terus oleh penentangnya, untuk mengurangi respek terhadap pasangan petahana. Ahok sering kali disebut; "arogan", tidak sopan dan tidak santun oleh penentangnya.
            Kemacetan dan Banjir

Masih terjadinya kemacetan dan banjir di Jakarta, menjadi catatan sendiri bagi pasangan ini. Walaupun banjir dan kemacetan sebenarnya sudah berlangsung dari jaman Gubernur-gubernur sebelumnya, tapi tetap saja akan menjadi beban pasangan Ahok dan Djarot saat ini.

Penertiban Pemukiman

Selama ini Ahok dikenal sering melakukan penertiban bangunan/pemukiman yang menurut pemerintah tidak pada tempatnya (Kalijodo, Rawajati dll), terlepas apakah lokasi tersebut memang mungkin pemukiman ilegal, tapi tetap saja penertiban tersebut membekas di hati mereka yang kena gusur. Apalagi ada sekelompok orang yang selalu menentang penertiban tersebut, seolah hal itu adalah penindasan yang dilakukan pemerintah (Ahok) bagi kaum pinggiran.
            c. OPPORTUNITIES

Tidak adanya tokoh yang kuat dalam persaingan calon Gubernur Jakarta kali ini, membuat peluang petahana untuk memenangkan pertarungan memperebutkan kursi Gubernur DKI cukup besar. Dari hasil survei selama ini tingkat kepuasan masyarakat Jakarta terhadap kepeminpinan Ahok/Djarot masih cukup tinggi. Survey Poltracking Indonesia yang diumumkan tgl. 15-9-2016, kepuasan warga Jakarta terhadap pemerintahan Ahok sebesar 68,72 persen, sedangkan responden yang tidak puas sebesar 27,7 persen. Responden sisanya menjawab tidak tahu.  
          
            d. THEREAT

Ancaman terhadapa pasangan ini terutama datang dari kelompok radikal yang menentang kehadiran sosok minoritas untuk meminpin di Jakarta. Isu SARA kemungkinan akan tetap dimainkan oleh penentangnya.
            2. Pasangan AGUS HARIMURTI / SYLVIANA MURNI


 
https://encrypted-tbn1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTl--VbkLbQ4Qu-p1TW90msEmiCiYKUMXmJjvMa793hwfIUWF3mn6tiENM
Agus Harimurti
Hasil gambar untuk sylviana murni
Sylviana Murni

            Koalisi Kekeluargaan sebelumnya dibentuk oleh enam partai (Partai Demokrat, Gerindra, PKS, PKB, PPP dan PAN) dengan tujuan menentukan calon lawan pasangan petahana. Seiring berjalan waktu akhirnya koalisi yang baru dibentuk bubar karena tidak ada kesepakatan dalam menentukan pasangan calon.

Empat partai (Partai Demokrat, PPP, PKB dan PAN) bergabung membentuk koalisi mengusung satu pasang calon sendiri, setelah beberapa kali melakukan rapat di Cikeas, yaitu: AGUS HARIMURTI dan SYLVIANA MURNI sebagai Cagub dan Cawagub. Munculnya nama pasangan ini kemungkinan tidak terlepas dari pengaruh SBY sebagai Ketum Partai Demokrat, terhadap Ketum partai pendukung koalisi tersebut. Seperti diketahui Ketum PKB adalah Muhaimin Iskandar yang tidak lain adalah mantan Menakertrans di era SBY. Demikian juga Ketum PAN Zulkifli Hasan, yang juga adalah mantan Menteri Kehutanan di pemerintahan SBY.

    1. STRENGHT

Anak Mantan Presiden

SBY, mantan Presiden RI selama 10 tahun, yang adalah orang tua dari Agus Harimurti, sedikit banyak tentulah masih mempunyai pengaruh bagi masyarakat Jakarta.

Dukungan Parpol berbasis Agama

Partai pendukung pasangan ini adalah Partai Demokrat, PKB, PPP dan PAN. Tiga partai terakhir dikenal sebagai partai yang berbasis agama. Sebagai partai berbasis agama, mereka lebih mudah mendekati masyarakat Jakarta yang mayoritas penganut agama yang sama dengan mereka. 
                 b. WEAKNESS

Mayor bukan Jenderal

Provinsi DKI Jakarta selama ini dikenal sebagai daerah barometer Nasional, dimana masyarakatnya terdiri dari barbagai macam latar belakang dan status sosial. Di jaman Orba, provinsi ini selalu dipimpin oleh militer berpangkat Letnan Jenderal (Letjen). Beberapa Gubernur sebelumnya yang berlatar belakang militer adalah : Letjen Ali Sadikin, Letjen Tjokropranolo, Letjen Wiyogo A, Letjen Soerjadi Sudirdja dan Letjen Sutiyoso.

Sekarang, Agus Harimurti maju sebagai Cagub DKI dengan pangkat terakhir Mayor infantri, yang secara struktural kepangkatan masih sangat jauh dari Letnan Jendral. Secara psikologis hal ini akan berpengaruh bagi masyarakat Jakarta.

Minim Pengalaman

Agus Harimurti minim pengalaman, baik dalam politik praktis apalagi dalam birokrasi pemerintahan. Calon wakil-nya, Sylviana Murni seorang birokrat, sedikit lebih berpengalaman dalam bidang pemerintahan, karena pernah menjabat sebagai Wali Kota Jakarta Pusat, Kasatpol PP Jakarta dan saat ini sebagai Deputy Gubernur DKI bidang Pariwisata dan Kebudayaan. 


                 c. OPPORTUNITIES

Peluang pasangan ini adalah penggalangan massa berbasis keagamaan dengan dukungan parpol yang berbasis agama juga. Dan mungkin juga dari sebagian anggota keluarga yang berlatar belakang militer, mengingat orang tua-nya juga selain mantan Presiden adalah pensiunan Jenderal Angkatan Darat.


                 d. THEREAT

Tidak ada ancaman yang spesifik bagi pasangan ini, karena ini adalah pasangan kejutan yang muncul di saat-saat terakhir pendaftaran.

Mungkin pasangan Cagub/Cawagub ini dimajukan oleh “koalisi Cikeas” untuk memberi pengalaman politik dan mengangkat popularitas kepada pribadi yang diusung. Dengan harapan nama tersebut akan dikenal lebih luas di Jakarta maupun secara Nasional untuk keperluan yang lain lagi nantinya.

 

    3. Pasangan ANIES BASWEDAN / SANDIAGA UNO

 
Image result
Anies Baswedan
 
Image result for sandiaga uno
Sandiaga Uno


Partai Gerindra berkoalisi dengan PKS menyodorkan nama Anies Baswedan dan Sandiaga Uno sebagai pasangan Cagub/Cawagub DKI Jakarta. Koalisi kedua partai ini memunculkan nama pasangan calon paling terakhir, dari ketiga pasangan calon yang ada.

Nama Sandiaga Uno sudah lama digadang-gadang oleh Partai Gerindra untuk maju sebagai Cagub. Uniknya, posisi Sandiaga Uno ini sering kali berubah-ubah, sebentar Cagub lalu Cawagub tergantung pada nama pasangan calon yang dimunculkan. Walau akhirnya, tgl. 23 September 2016 saat terakhir pendaftaran, koalisi partai menetapkan Anies Baswedan sebagai Cagub dan Sandiaga Uno sebagai Cawagub.

Jika dilihat dari latar belakang kedua calon, ini adalah kombinasi akademisi dan pengusaha. Anies Baswedan pernah menjadi Rektor Universitas Paramadina Jakarta dan juga pernah menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, sedang Sandiaga Uno adalah seorang pengusaha. 

    1.  STRENGHT

Didukung Partai Berbasis Agama

Salah satu partai pendukung pasangan ini adalah PKS. PKS yang merupakan partai berbasis agama dikenal mempunyai massa pendukung yang cukup solid, dan kemungkinan tidak akan berpindah ke pasangan calon dari partai lain dalam pemilihan nanti.

Modal yang Cukup

Untuk membangun citra dan popularitas dibutuhkan dana yang tidak sedikit. Sandiaga Uno dikenal sebagai seorang pengusaha kaya, sehingga kemungkinan tidak ada masalah dengan dana.

Citra Personal

Anies Baswedan, Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI ini dikenal cukup santun, baik perkataan yang tertata dengan rapi, maupun juga tindakannya. Citra personal yang baik terhadap cagub ini, bisa menjadi daya tarik bagi calon pemilih.


                b. WEAKNESS

Anies Baswedan memang pernah menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan sekitar 2 tahun, sebelum diganti oleh Presiden Jokowi, tapi belum mempunyai pengalaman banyak dalam politik praktis. Demikian juga pasangannya, Sandiaga Uno yang selama ini lebih banyak bergerak di dunia usaha/bisnis.

                 c. OPPORTUNITIES

Peluang pasangan ini adalah dari pendukukung partai berbasis agama dan yang kecewa terhadap pasangan petahana.
 
                 d. THEREAT

Tidak ada ancaman yang spesifik bagi pasangan ini, karena ini adalah juga pasangan kejutan yang muncul di saat-saat terakhir pendaftaran.

Memperhatikan ke-tiga pasangan Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur DKI Jakarta yang diusung oleh partai pengusung, seperti pertarungan partai nasionalis disatu pihak dengan partai berbasis agama di pihak lain. Seperti diketahui pasangan Ahok/Dajrot diusung partai berbasis nasionalis PDIP, GOLKAR, NASDEM dan HANURA. Sementara pasangan  Agus/Sylviana diusung diantaranya oleh PKB, PPP dan PAN, sedang pasangan  Anies/Uno yang diantaranya diusung oleh PKS, merupakan partai berbasis agama.

Semoga siapapun yang akan terpilih menjadi Gubernur/Wakil Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022 adalah yang terbaik bagi rakyat Jakarta.