Jakarta sebagai
ibu kota Republik Indonesia, pastilah menarik banyak orang untuk menjadi
Gubernur DKI Jakarta. Pilkada DKI Jakarta yang akan berlangsung pada 15
Februari 2017, dengan masa pendaftaran pasangan Cagup dan Cawagup tgl. 21-23
Septenber 2016.
Rabu, 21
September 2016 koalisi empat partai; PDIP, GOLKAR, NASDEM dan HANURA resmi
mendaftarkan pasangan BASUKI TJAHAYA PURNAMA (Ahok) dan DJAROT SYAIFUL HIDAYAT (Djarot) sebagai
calon Gubernur dan calon Wakil Gubernur DKI Jakarta periode tahun 2017-2022.
Setelah lama
menunggu siapa calon yang akan diusung oleh PDIP, akhirnya sehari sebelum masa
pendaftaran dimulai, partai Banteng Moncong Putih tersebut menjatuhkan pilihan
pada Ahok, yang sebelumnya sudah didukung oleh partai NASDEM, HANURA dan
GOLKAR. Walau banyak penolakan, baik dari tokoh-tokoh tertentu bahkan dari
kader partainya sendiri, akhirnya Ahok
dan Djarot yang terpilih.
Kamis malam, 22
September 2016 , "koalisi Cikeas" (Partai Demokrat, PKB, PPP dan PAN)
mengumumkan secara resmi Cagub/Cawagub DKI dari koalisi mereka. Sehari
sebelumnya koalisi ini menjanjikan kejutan bagi rakyat Jakarta untuk calon
pilihan mereka. Dan, rakyat Jakarta mungkin memang terkejut, karena mereka
memilih AGUS HARIMURTI dan SYLVIANA MURNI sebagai pasangan Cagub/Cawagub.
Agus Harimurti,
yang tidak lain adalah putra dari mantan Presiden RI Susilo Bambang Yudoyono
(SBY) yang kini Ketua Umum Partai Demokrat, saat ini adalah seorang Perwira
Menengah (Pamen) di TNI AD dengan pangkat Mayor Infantri. Dengan pencalonan
ini, berarti karier ketentaraannya akan segera berakhir. Nama Agus selama ini
belum begitu dikenal dalam kancah perpolitikan nasional.
Sedang Sylviana
Murni saat ini menjabat sebagai Deputy Gubernur DKI bidang Pariwisata dan
Kebudayaan. Setelah sebelumnya Partai Gerindra mengundangnya untuk ikut fit and proper test, ternyata yang
meminangnya menjadi Cawagub adalah koalisi Cikeas.
Selintas tentang kekuatan dan kelemahan pasangan calon
Gubernur dan Wakil Gubernur DKI :
- Pasangan BASUKI TJAHAYA PURNAMA (Ahok) / DJAROT SYAIFUL HIDAYAT (Djarot)
Basuki
Tjahana Purnama
|
Djarot
Sayful Hidayat
|
Pasangan ini adalah pasangan petahana yang menjabat
sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta sampai dengan Oktober 2017.
a. STRENGHTPasangan Petahana
Pasangan Ahok/Djarot sebagai petahana
mempunyai keuntungan menunjukkan kinerja mereka kepada rakyat Jakarta.
Menjelang Pilkada ini mereka harus bisa membuktikan mereka bekerja untuk
kepentingan rakyat Jakarta, seperti penanganan kemacetan dan banjir. Jika sebagian besar rakyat puas dengan
kinerja mereka, niscaya mereka akan dipilih lagi.
Transparansi
Dalam mengelola anggaran DKI Jakarta yang begitu
besar, pasangan Cagub/Cawagub ini mengutamakan transparansi, dengan sistem
anggaran online. Dengan adanya transparansi ini, rakyat akan lebih percaya
kepada peminpinnya. Transparansi anggran ini belum pernah ada sebelumnya di
provinsi DKI Jakarta.
Anti korupsi
Ahok dikenal dengan keberaniannya melawan
orang/kelompok yang dia duga membuat anggaran tidak jelas di APBD Jakarta.
Sehingga seringkali Ahok sebagai Gubernur bertentangan dengan anggota DPRD,
yang membuat hubungan Eksekutif dan Legeslatif menjadi tegang. Hal ini membuka
mata masyarakat tentang penyusunan APBD, yang selama ini tidak pernah mendengar
pertentangan antara Eksekutif dan Legeslatif, terutama masalah anggaran.
Program Kerja
Sebagai pasangan “incumbent” pasangan ini sudah
mempunyai program kerja, seperti membebaskan biaya pengobatan dan
pendidikan, tinggal meneruskan dan menambah jika dirasa perlu.
Dekat Dengan Pemerintahan Pusat
Presiden RI Jokowi, dan Ahok dikenal mempunyai
hubungan yang sangat dekat, karena mereka sebelumnya adalah pasangan Gubernur
dan Wakl Gubernur DKI Jakarta. Kedekatan ini secara tidak langsung juga akan
berpengaruh positif kepada pasangan petahana ini.
b. WEAKNESS
Suku
Ini adalah sasaran tembak pertama para penentang Ahok.
Ahok berasal dari suku Tionghoa yang merupakan minoritas di Jakarta. Dalam masyarakat yang sebagian besar
masyarakatnya masih menganut paham primordialisme, suku yang sama merupakan salah
satu dasar dalam memilih peminpin.
Agama
Selain berasal dari suku minoritas, Ahok juga penganut
agama minoritas di Jakarta/Indonesia. Sebagai penganut agama Kristen, tidaklah
mudah untuknya mendapatkan dukungan dari penganut agama mayoritas, yang juga
mengutamakan calon dari kalangan mereka sendiri. Kemungkinan isu ini akan terus
dihembuskan oleh penentangnya.
Komunikasi Publik
Watak Gubernur petahana yang suka berbicara keras dan
tegas, lawan politik menyebutnya “arogan”, bisa menjadi salah satu titik lemah
yang akan diangkat terus oleh penentangnya, untuk mengurangi respek terhadap
pasangan petahana. Ahok sering kali disebut; "arogan", tidak sopan dan tidak
santun oleh penentangnya.
Kemacetan dan Banjir
Masih terjadinya kemacetan dan banjir di Jakarta,
menjadi catatan sendiri bagi pasangan ini. Walaupun banjir dan kemacetan
sebenarnya sudah berlangsung dari jaman Gubernur-gubernur sebelumnya, tapi
tetap saja akan menjadi beban pasangan Ahok dan Djarot saat ini.
Penertiban Pemukiman
Selama ini Ahok dikenal sering melakukan penertiban
bangunan/pemukiman yang menurut pemerintah tidak pada tempatnya (Kalijodo,
Rawajati dll), terlepas apakah lokasi tersebut memang mungkin pemukiman ilegal,
tapi tetap saja penertiban tersebut membekas di hati mereka yang kena gusur.
Apalagi ada sekelompok orang yang selalu menentang penertiban tersebut, seolah
hal itu adalah penindasan yang dilakukan pemerintah (Ahok) bagi kaum pinggiran.
Tidak adanya tokoh yang kuat dalam
persaingan calon Gubernur Jakarta kali ini, membuat peluang petahana untuk
memenangkan pertarungan memperebutkan kursi Gubernur DKI cukup besar. Dari
hasil survei selama ini tingkat kepuasan masyarakat Jakarta terhadap kepeminpinan
Ahok/Djarot masih cukup tinggi. Survey Poltracking Indonesia yang diumumkan
tgl. 15-9-2016, kepuasan warga Jakarta terhadap pemerintahan Ahok sebesar 68,72
persen, sedangkan responden yang tidak puas sebesar 27,7 persen. Responden
sisanya menjawab tidak tahu.
d. THEREAT
Ancaman terhadapa pasangan ini terutama
datang dari kelompok radikal yang menentang kehadiran sosok minoritas untuk
meminpin di Jakarta. Isu SARA kemungkinan akan tetap dimainkan oleh
penentangnya.
2. Pasangan AGUS HARIMURTI / SYLVIANA MURNI
Agus
Harimurti
|
Sylviana
Murni
|
Koalisi Kekeluargaan sebelumnya
dibentuk oleh enam partai (Partai Demokrat, Gerindra, PKS, PKB, PPP dan PAN)
dengan tujuan menentukan calon lawan pasangan petahana. Seiring berjalan waktu
akhirnya koalisi yang baru dibentuk bubar karena tidak ada kesepakatan dalam
menentukan pasangan calon.
Empat partai (Partai Demokrat, PPP, PKB dan PAN)
bergabung membentuk koalisi mengusung satu pasang calon sendiri, setelah
beberapa kali melakukan rapat di Cikeas, yaitu: AGUS HARIMURTI dan SYLVIANA
MURNI sebagai Cagub dan Cawagub. Munculnya nama pasangan ini kemungkinan
tidak terlepas dari pengaruh SBY sebagai Ketum Partai Demokrat, terhadap Ketum
partai pendukung koalisi tersebut. Seperti diketahui Ketum PKB adalah Muhaimin
Iskandar yang tidak lain adalah mantan Menakertrans di era SBY. Demikian juga
Ketum PAN Zulkifli Hasan, yang juga adalah mantan Menteri Kehutanan di
pemerintahan SBY.
- STRENGHT
Anak
Mantan Presiden
SBY, mantan Presiden RI selama 10 tahun, yang adalah
orang tua dari Agus Harimurti, sedikit banyak tentulah masih mempunyai pengaruh
bagi masyarakat Jakarta.
Dukungan
Parpol berbasis Agama
Partai pendukung pasangan ini adalah
Partai Demokrat, PKB, PPP dan PAN. Tiga partai terakhir dikenal sebagai partai
yang berbasis agama. Sebagai partai berbasis agama, mereka lebih mudah
mendekati masyarakat Jakarta yang mayoritas penganut agama yang sama dengan
mereka.
b. WEAKNESS
Mayor
bukan Jenderal
Provinsi DKI Jakarta selama ini dikenal sebagai daerah
barometer Nasional, dimana masyarakatnya terdiri dari barbagai macam latar
belakang dan status sosial. Di jaman Orba, provinsi ini selalu dipimpin oleh
militer berpangkat Letnan Jenderal (Letjen). Beberapa Gubernur sebelumnya yang
berlatar belakang militer adalah : Letjen Ali Sadikin, Letjen Tjokropranolo,
Letjen Wiyogo A, Letjen Soerjadi Sudirdja dan Letjen Sutiyoso.
Sekarang, Agus Harimurti maju sebagai Cagub DKI dengan
pangkat terakhir Mayor infantri, yang secara struktural kepangkatan masih
sangat jauh dari Letnan Jendral. Secara psikologis hal ini akan berpengaruh
bagi masyarakat Jakarta.
Minim
Pengalaman
Agus Harimurti minim pengalaman, baik dalam politik
praktis apalagi dalam birokrasi pemerintahan. Calon wakil-nya, Sylviana Murni
seorang birokrat, sedikit lebih berpengalaman dalam bidang pemerintahan, karena
pernah menjabat sebagai Wali Kota Jakarta Pusat, Kasatpol PP Jakarta dan saat
ini sebagai Deputy Gubernur DKI bidang Pariwisata dan Kebudayaan.
c. OPPORTUNITIES
Peluang pasangan ini adalah penggalangan massa
berbasis keagamaan dengan dukungan parpol yang berbasis agama juga. Dan mungkin
juga dari sebagian anggota keluarga yang berlatar belakang militer, mengingat
orang tua-nya juga selain mantan Presiden adalah pensiunan Jenderal Angkatan
Darat.
d. THEREAT
Tidak ada ancaman yang spesifik bagi
pasangan ini, karena ini adalah pasangan kejutan yang muncul di saat-saat
terakhir pendaftaran.
Mungkin
pasangan Cagub/Cawagub ini dimajukan oleh “koalisi Cikeas” untuk memberi
pengalaman politik dan mengangkat popularitas kepada pribadi yang diusung.
Dengan harapan nama tersebut akan dikenal lebih luas di Jakarta maupun secara
Nasional untuk keperluan yang lain lagi nantinya.
3. Pasangan ANIES
BASWEDAN / SANDIAGA UNO
Anies Baswedan
|
Sandiaga Uno
|
Partai Gerindra berkoalisi dengan PKS menyodorkan nama
Anies Baswedan dan Sandiaga Uno sebagai pasangan Cagub/Cawagub DKI Jakarta.
Koalisi kedua partai ini memunculkan nama pasangan calon paling terakhir, dari
ketiga pasangan calon yang ada.
Nama Sandiaga Uno sudah lama digadang-gadang oleh
Partai Gerindra untuk maju sebagai Cagub. Uniknya, posisi Sandiaga Uno ini
sering kali berubah-ubah, sebentar Cagub lalu Cawagub tergantung pada nama
pasangan calon yang dimunculkan. Walau akhirnya, tgl. 23 September 2016 saat
terakhir pendaftaran, koalisi partai menetapkan Anies Baswedan sebagai Cagub
dan Sandiaga Uno sebagai Cawagub.
Jika dilihat dari latar belakang kedua calon, ini
adalah kombinasi akademisi dan pengusaha. Anies Baswedan pernah menjadi Rektor
Universitas Paramadina Jakarta dan juga pernah menjadi Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan RI, sedang Sandiaga Uno adalah seorang pengusaha.
- STRENGHT
Didukung
Partai Berbasis Agama
Salah satu partai pendukung pasangan ini
adalah PKS. PKS yang merupakan partai berbasis agama dikenal mempunyai massa
pendukung yang cukup solid, dan kemungkinan tidak akan berpindah ke pasangan
calon dari partai lain dalam pemilihan nanti.
Modal
yang Cukup
Untuk membangun citra dan popularitas
dibutuhkan dana yang tidak sedikit. Sandiaga Uno dikenal sebagai seorang
pengusaha kaya, sehingga kemungkinan tidak ada masalah dengan dana.
Citra
Personal
Anies Baswedan, Mantan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan RI ini dikenal cukup santun, baik perkataan yang tertata dengan
rapi, maupun juga tindakannya. Citra personal yang baik terhadap cagub ini,
bisa menjadi daya tarik bagi calon pemilih.
Anies Baswedan memang pernah menjadi
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan sekitar 2 tahun, sebelum diganti oleh
Presiden Jokowi, tapi belum mempunyai pengalaman banyak dalam politik praktis.
Demikian juga pasangannya, Sandiaga Uno yang selama ini lebih banyak bergerak
di dunia usaha/bisnis.
c. OPPORTUNITIES
Peluang pasangan ini adalah dari
pendukukung partai berbasis agama dan yang kecewa terhadap pasangan
petahana.
d. THEREAT
Tidak ada ancaman yang spesifik bagi
pasangan ini, karena ini adalah juga pasangan kejutan yang muncul di saat-saat
terakhir pendaftaran.
Memperhatikan
ke-tiga pasangan Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur DKI Jakarta yang diusung
oleh partai pengusung, seperti pertarungan partai nasionalis disatu pihak
dengan partai berbasis agama di pihak lain. Seperti diketahui pasangan
Ahok/Dajrot diusung partai berbasis nasionalis PDIP, GOLKAR, NASDEM dan HANURA.
Sementara pasangan Agus/Sylviana diusung
diantaranya oleh PKB, PPP dan PAN, sedang pasangan Anies/Uno yang diantaranya diusung oleh PKS,
merupakan partai berbasis agama.
Semoga siapapun
yang akan terpilih menjadi Gubernur/Wakil Gubernur DKI Jakarta periode
2017-2022 adalah yang terbaik bagi rakyat Jakarta.