Hari I, Senin 23 Desember 2013
Ini adalah perjalanan yang perencanaannya hanya seminggu sebelum
berangkat. Rencana perjalanan ke Surabaya dan Denpasar Bali. Tiket pesawat Air
Asia jurusan Denpasar-Jakarta terlebih dahulu didapat dan dibooking, karena
dapat tiket promo Rp 250 ribu/orang untuk tanggal 27 Desember 2013 jam 12.00
WITeng. Baru kemudian cari tiket ke Surabaya. Karena tiket pesawat ke Surabaya
sudah mahal, dicari alternatif naik kereta api. Kebetulan kami sekeluarga belum
pernah naik kereta api jarak jauh. Jadwal keberangkatan harus menyesuaikan
jadwal tiket pesawat yang sudah dibooking. Perhitungannya sehari di Surabaya
dan dua hari di Denpasar Bali. Cari informasi tiket kereta by phone, didapatlah
tiket yang masih tersedia dari Jakarta ke Surabaya untuk keberangkatan Senin tanggal
23 Desember 2013 sekitar jam 9 malam dari stasiun Gambir. Harga tiket Jakarta-Surabaya
dengan KA Argo Anggrek sekitar Rp 400 ribuan/orang. Dari Surabaya ke Denpasar,
nanti dicari di Surabaya saja. Untuk mengantisipasi kemungkinan bermalam di
Surabaya, kami booking kamar mess perusahaan di Surabaya untuk tanggal 24
Desember 2013 malam.
Perjalanan Jakarta-Surabaya dengan KA Argo Anggrek
Kami-pun berangkat dari Bekasi ke stasiun Gondangdia (karena tidak ada
KA Commuter Line yang berhenti di stasiun Gambir) dengan kereta Commuter Line
pukul 16.00 WIB. Kemudian dari stasiun Gondangdia kami menggunakan angkutan
Bajaj menuju stasiun Gambir. Dari stasiun Gambir ke Surabaya dengan kereta
malam KA ARGO ANGGREK pukul 21.00 WIB.
KA Argo Anggrek
Kabin KA Argo Anggrek
Setelah beberapa saat mengantri untuk melapor (check in) keberangkatan,
akhirnya naik ke ruang tunggu di lantai 2 stasiun Gambir. Kereta berangkat
tepat waktu. Anak-anak dan ibunya, ber-empat duduk berhadapan-hadapan dengan
memutar sepasang kursi. Saya duduk di kursi lain yang bersebelahan, kebetulan kursi
tersebut kosong.
Disepanjang perjalanan kereta anak-anak duduk dengan senang sambil
mengobrol. Ini adalah pengalaman pertama keluarga kami naik kereta api jarak
jauh. Kabin kereta sangat nyaman. Ruangannya dingin, suspensinya juga cukup
empuk dan kursinya bisa diatur untuk mendapatkan posisi yang nyaman untuk
tidur.
Persinggahan kereta pertama di stasiun Cirebon sekitar jam 23 malam.
Kemudian berhenti lagi di stasiun Semarang, lanjut ke stasiun Pasar Turi
Surabaya.
Hari II, Selasa 24 Desember 2013
Stasiun Pasar Turi Surabaya
Sampai di satasiun Pasar Turi Surabaya pukul 07.00 WIB. Sebelum keluar
stasiun, mencari informasi tentang kereta api yang menuju Banyuwangi. Katanya,
kereta untuk keberangkatan ke Banyuwangi sore ini sudah penuh. Di pintu keluar
gedung stasiun, beberapa supir kendaraan roda-4 menawarkan kendaraannya untuk
dipakai. Iseng-iseng menawar untuk pemakaian keliling-keliling Surabaya dan ke
Madura, harga yang ditawarkan adalah Rp 400rb, sudah termasuk bensin dan supir.
Tapi kami belum memutuskan memakai kendaraan yang mana.
Karena perut sudah lapar, kami sarapan pagi di warung yang ada di
samping gedung stasiun. Setelah sarapan, mandi di warung yang menyediakan kamar
mandi sewaan di sekitar stasiun, di luar pagar stasiun Pasar Turi. Selesai
mandi dan berdiskusi dengan keluarga tentang kendaraan selama di Surabaya,
disepakati menyetujui penawaran tadi, kendaraan Avanza.
Tugu Taman Pahlawan Surabaya
Tujuan pertama kami adalah Tugu Taman Pahlawan Surabaya. Di sana ada patung
Pahlawan Proklamasi Sukarno-Hatta. Berlokasi di jalan Pahlawan Surabaya, monumen ini terletak
persis di depan Kantor Gubernur Jawa Timur. Monumen yang berbentuk paku
terbalik ini dibangun di atas lahan seluas 2,5 hektar, merupakan bekas Kantor
Raad Van Justititie atau Gedung Pengadilan Tinggi pada masa penjajahan Belanda.
Monumen ini yang memiliki tinggi 40,5 meter dan memiliki 10 bidang sisi ini
merupakan ikon kota Surabaya. Tujuan pembangunan monument ini untuk mengenang
sejarah perjuangan Arek-arek Suroboyo mempertahankan kemerdekaan dalam momen
bersejarah 10 Nopember 1945 di Surabaya.
Untuk memasuki kompleks taman Tugu Pahlawan, pengunjung tidak dipungut
biaya alias gratis. Pengunjung bisa menikmati taman asri yang mengelilingi tugu
pahlawan dan juga koleksi beberapa kendaraan, senjata perang dan bebarapa
patung pahlawan. Bagi pengunjung yang membawa kamera, pengelola monumen
memberikan ijin untuk mengabadikan momen di area monumen Tugu Pahlawan.
Patung Proklamator di Taman Tugu
Pahlawan Surabaya
Latar Tiang Bendera di Taman Tugu Pahlawan Surabaya
Kemudian mengunjungi museum yang ada di komplek Taman Pahlawan
tersebut, dengan membeli karcis di dalam komplek taman. Di dalamnya ada
macam-macam senjata yang pernah dipakai oleh para pahlawan semasa perjuangan di
Surabaya. Diperdengarkan juga suara Bung Tomo membangkitkan semangat para pemuda saat perang
di Surabaya.
Jembatan Suramadu Surabaya
Dari Tugu Taman
Pahlawan, kami menuju jembatan Suramadu, untuk menyeberang ke Madura.
Rencananya makan siang di RM Bebek Sinjay, Bangkalan Madura.
Jembatan
Nasional Suramadu adalah
jembatan yang melintasi Selat Madura, menghubungkan Pulau Jawa
(di Surabaya) dan Pulau Madura (di Bangkalan, tepatnya timur Kamal).
Dengan panjang 5.438 m, jembatan ini merupakan jembatan terpanjang di Indonesia
saat ini. Jembatan Suramadu terdiri dari tiga bagian yaitu jalan layang
(causeway), jembatan penghubung (approach bridge), dan jembatan
utama (main bridge).
Jembatan Suramadu Surabaya
Tengah Jembatan Suramadu Surabaya
Latar Belakang Jembatan Suramadu
Bebek Sinjay, Bangkalan Madura
Setelah melewati jembatan Suramadu, kami lanjut ke RM Bebek Sinjay,
Bangkalan Madura untuk makan siang. Yang unik di pulau ini adalah, disepanjang
jalan banyak pengendara sepeda motor laki-laki yang memakai sarung. Helm
kelihatannya belum menjadi kelengkapan untuk keselamatan berkendara.
RM Bebek Sinjay, Bangkalan- Madura (Kunjungan sebelumnya)
Tiba di RM Bebek Sinjay Bangkalan Madura. Tempat
kuliner yang sudah banyak dikenal ini ternyata bangunannya cukup sederhana,
seperti sebuah bangsal tanpa dinding. Untuk memesan seporsi bebek goreng pengunjung
diwajibkan antri di kasir. Setelah memesan dan
membayar pesanan, barulah nota pesanan diberikan dan harus segera menyerahkan
kepada para karyawan untuk kemudian pesanan disajikan. Ada 2 tempat untuk menyerahkan nota pesanan, yang pertama ada di
sebelah kanan atau depan warung untuk pesanan yang dibawa pulang, sedangkan
yang untuk makan ditempat berada di sebelah kiri atau belakang warung. Di sini ada aturan, apapun makanannya minumannya Teh Botol Sosro, dan
itulah yang terjadi di tempat ini. Pesan nasi bebek sudah sepaket dengan satu
botol minuman teh botol sosro. Rasanya memang lumayan enak, apalagi anak-anak
sangat suka menu bebek.
Monumen Kapal Selam (Monkasel)
Surabaya
Setelah perut kenyang, kami kembali ke Surabaya menyeberang jembatan
Suramadu lagi, melanjutkan perjalanan ke Monumen Kapal Selam (Monkasel) di
jalan Pemuda No. 39, Genteng, Surabaya. Masuk Monumen Kapal Selam ini kita
harus membeli karcis.
Sebenarnya
kapal selam itu merupakan KRI Pasopati 410 buatan Uni Soviet yang dulunya
berperan dalam operasi pembebasan Irian Barat dan Perang Timor Timur. KRI
Pasopati ini berperan dalam memberikan tekanan psikologis kepada lawan dan pada
tahun 1980 operasi KRI ini pensiun. Kapal Selam itu kini menjadi sebuah monumen
yang disebut Monumen Kapal Selam.
Monumen ini dibangun atas ide sesepuh-sesepuh kapal selam untuk memperingati
keberanian para TNI AL dalam mengarungi lautan dan diresmikan pada tanggal 15
Juli 1998. Untuk memindahkannya, kapal selam terlebih dahulu dipotong menjadi
16 bagian, selanjutnya potongan-potongan kapal selam ini dibawa ke areal
monumen yang sekarang kemudian dirakit kembali dan dijadikan monumen di sisi
Sungai Kalimas. Kini Monumen Kapal Selam di Surabaya ini menjadi yang terbesar
di Asia.
KRI Pasopati (Monumen Kapal Selam)
Ruang Torpedo di Monumen Kapal Selam Surabaya (kunjungan sebelumnya)
Tunjungan Plaza
Selesai di Monkasel, kami
menyambangi Tunjungan Plasa mal yang terkenal di Surabaya. Kebetulan hari ini
adalah menjelang malam Natal. Di Tunjungan Plasa ada kegiatan menyambut malam
Natal, denganpertunjukan nyanyian dan koor yang dimainkan oleh anak-anak.
Berkeliling-keliling di Tunjungan Plasa, setelah lelah kami istirahat di
Starbuck Coffe sambil menonton pertunjukan dari lantai atas.
Tunjungan Plasa Surabaya
Interior Tunjungan Plaza
Karena hari sudah mulai sore, dan rencana mau
melanjutkan perjalanan ke Bali, kami keluar Tunjungan Plaza dengan tujuan makan
sore di RM Rawon Setan Surabaya, Jl. Embong Malang I No. 78, Genteng, Surabaya.
Tidak jauh dari Hotel Marriot Surabaya. Penyajiannya ada dua macam; pertama
nasi dan rawonnya dicampur dalam satu wadah/piring. Kedua, nasi dan rawonnya
berbeda wadah, nasi di piring sedang rawon di mangkuk. Soal rasa, memang cukup
enak dan dagingnya begitu empuk.
RM Rawon Setan Surabaya
Nasi Rawon Setan Surabaya
Perjalanan Surabaya-Banyuwangi-Denpasar.
Selesai makan, kami mencari
informasi kendaraan travel yang akan mengantar kami ke Denpasar malam ini.
Setelah menghubungi dan mendatangi beberapa travel; Cipaganti dan bus Gunung
Harta, ternyata semua sudah penuh untuk keberangkatan hari ini. Sementara harga
tiket pesawat Surabaya –Denpasar hari ini sudah di angka Rp 2 juta/orang.
Supir kami menghubungi
temannya yang punya kendaraan dan biasa dipakai menghantarkan tamu ke Denpasar.
Temannya bersedia dan menawarkan biaya Rp 1,5 juta sampai Denpasar, tapi biaya
penyeberangan Fery kami yang menanggung. Kami setuju dengan harga tersebut,
tapi sudah include dengan biaya penyeberangan. Akhirnya setelah nego, harga
sewa mobil menjadi Rp 1,6 juta include penyeberangan. Beberapa alasan untuk
menyewa mobil dan segera berangkat ke Bali malam ini adalah; 1. Menghemat biaya
penginapan untuk malam ini di Surabaya, 2. Waktu tinggal di Bali bisa lebih
lama, seandainya berangkat besok pagi sementara kendaraan juga belum jelas,
bisa-bisa sampai di Bali hari sudah malam. Sehingga akan hanya tersisa satu
hari efektif di Bali, karena jadwal pulang ke Jakarta sudah ditentukan.
Rencana berangkat malam ini
pukul 20.00 WIB dari sebuah perumahan di Surabaya tempat bertemu dengan mobil
yang sudah disepakati tadi. Sekitar pukul 20.30 WIB bertemu dengan pak supir
yang sudah janjian tadi, kami pindah kendaraan. Mobilnya sama Avanza juga. Saya
duduk di depan di samping pak supir, Istri dan anak paling kecil berdua di tengah.
Anak nomor satu dan nomor dua duduk di bagian belakang. Ternyata jarak
Surabaya-Banyuwangi (Ketapang) cukup jauh juga. Jalannya cukup lebar tetapi
kurang bagus, karena dibeberapa lokasi ada yang rusak. Pak supir memacu
mobilnya dengan kencang. Beberapa kali saya harus mengingatkannya agar
berhati-hati.
Mendekati PLTU Paiton Banyuwangi
jalanan menyempit dan banyak truk yang sarat muatan yang menyebabkan kemacetan.
Di kejauhan kelihatan lampu PLTU Paiton menyala dengan terang. Untuk
menghindari kemacetan, pak supir beberapa kali mengambil jalur berlawanan
(sebelah kanan), karena sepi. Tetapi beberapa kali pula dia harus menepi ke
sebelah kanan karena berpapasan dengan truk, sementara jalur sebelah kiri sudah
penuh. Saya cukup khawatir dengan perjalanan ini. Ibu dan anak-anak sudah tertidur,
sementara saya tidak bisa dan tidak akan tidur dengan situasi seperti ini.
Untuk keselamatan keluarga, saya tetap terjaga dan mengingatkan pak supir agar
hati-hati.
Sampai penyeberangan hari
sudah tengah malam. Naik kapal penyeberangan, kami keluar mobil dan naik ke dek
atas untuk sekedar menghilangkan penat. Turun dari Fery, sudah sampai Gilimanuk
Bali, perjalanan dilanjutkan di daratan pulau Bali. Kondisi jalan mulai dari
Gilimanuk, jalanan cukup mulus meski tidak begitu lebar. Pas hanya untuk dua
kenderaan roda-4.
Hari III, Rabu 25 Desember 2013; Selamat Hari Natal.
Inilah saat pertama kali kami menghabiskan hari
Natal di tengah jalan jauh dari saudara-saudara dan handai taulan. Bahkan tadi
malam, kami sama sekali lupa bahwa itu adalah malam Natal. Mendekati kota
Denpasar jalanan mulai macet panjang dan tidak bergerak sama sekali. Kami
tanyakan kepada penduduk sekitar, katanya ada kecelakaan di depan.
Kemacetan di jalan menuju Denpasar Bali
Kecelakaan di jalan menuju Denpasar Bali
(Penyebab kemacetan)
Setelah melewati perjalanan
yang panjang dan melelahkan, akhirnya kami tiba di kota Denpasar sekitar pukul
11 siang waktu setempat. Singgah di sebuah warung yang menyediakan sarapan masakan
nasional, walau sudah pukul 11 siang.
Kemudian lanjut menuju
penginapan Wida Hotel di Jl.
Melasti, Kuta, Kabupaten Badung, Bali, yang
berjarak lebih kurang satu kilometer dari pantai Kuta. Disini kami mengambil
dua kamar, yang sudah dibooking sebelumnya, untuk dua malam dengan tarif kamar
Rp 350 ribu/malam/kamar plus sarapan pagi. Karena hari masih siang, kami
beristirahat dulu di kamar.
Wida Hotel Bali
Pantai Kuta Bali
Pantai Kuta
adalah sebuah tempat pariwisata yang terletak kecamatan Kuta, sebelah selatan Kota Denpasar, Bali. Daerah
ini merupakan sebuah tujuan wisata turis mancanegara dan telah menjadi objek
wisata andalan Pulau Bali sejak awal tahun 1970-an. Pantai Kuta sering pula
disebut sebagai pantai matahari terbenam (sunset beach) sebagai
lawan dari pantai Sanur. Selain itu, Bandara I Gusti Ngurah Raim terletak tidak jauh dari Kuta.
Setelah beristirahat
sebentar di penginapan, kami berjalan kaki menuju pantai Kuta untuk bermain
air. Kelihatannya kebersihan pantai Kuta kurang terjaga karena banyak sampah
dari laut dibawa oleh gelombang berhenti di pantai.
Bermain di Pantai Kuta Bali
Pantai Kuta Bali
Patung Garuda Wisnu Kencana
Patung
Garuda Wisnu Kencana berlokasi
di Bukit Unggasan- Jimbaran, Bali. Patung
ini berdiri menjulang di dalam kompleks Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana dan merupakan karya pematung terkenal Bali, I Nyoman Nuarta. Monumen ini dikembangkan sebagai taman budaya dan menjadi
ikon bagi pariwisata Bali dan Indonesia. Patung tersebut berwujud Dewa Wisnu yang dalam agama Hindu adalah Dewa Pemelihara (Sthiti), mengendarai burung Garuda.
Patung ini diproyeksikan untuk
mengikat tata ruang dengan jarak pandang sampai dengan 20 km sehingga dapat
terlihat dari Kuta, Sanur, Nusa Dua hingga Tanah Lot. Patung Garuda Wisnu Kencana ini merupakan simbol dari misi penyelamatan
lingkungan dan dunia. Patung ini terbuat dari campuran tembaga dan baja seberat
4.000 ton, dengan tinggi 75 meter dan lebar 60 meter. Jika pembangunannya
selesai, patung ini akan menjadi patung terbesar di dunia dan mengalahkan Patung Liberty. Di pintu masuk para
pelancong disambut dengan tarian Bali yang dibawakan oleh dua orang penari perempuan.
Patung Dewa Wisnu
Patung Garuda di Bali
Puas melihat-lihat di sini, kami turun kembali ke
Denpasar dengan menggunakan taksi yang sama, untuk menghantarkan kami ke Pantai
Kuta. Hari sudah sore setiba di Pantai Kuta.
Sore hari di Pantai Kuta Bali
Di sini kami membeli makanan yang dijual oleh
pedagang yang menggunakan sepeda motor. Makanannya berupa nasi bungkus dengan
daun pisang yang berukuran minimalis dengan lauk seadanya, diantaranya suiran
telur dadar. Karena memang sudah lapar, makanan tersebut terasa enak dan nikmat.
Pulang ke penginapan dari Pantai Kuta dengan naik delman.
Hari IV, Kamis 26 Desember 2013
Hari ini rencana perjalanan
dengan menyewa satu mobil Avanza, yang sudah dipesan sebelumnya dari Jakarta,
dengan tarif Rp 350 ribu sehari sudah dengan bensin dan supir. Tujuan hari ini
sesuai diskusi dengan pak supir adalah; Kintamani / Danau Batur, Goa Gajah, Istana
Tampak Siring / Pura Tirta Empul dan Tanah Lot. Setelah sarapan pagi kamipun
berangkat memulai perjalanan hari ini.
Kintamani
Kintamani adalah
salah satu kecamatan di Kabupaten Bangli. Kintamani terletak di dataran tinggi
dengan suhu sejuk di siang hari dan terasa dingin di malam hari.
Tempat wisata di Bali ini memiliki beberapa objek wisata favorit di Kintamani yang
mampu menarik perhatian wisatawan dari domestik sampai wisatawan mancanegara.
Kintamani, Bali
Goa Gajah
Goa Gajah
adalah gua buatan yang berfungsi seperti tempat ibadah. Gua ini terletak di Desa Bedulu, Kecamatan Blahbatu, Kabupaten Gianyar, Bali. Berjarak kurang lebih 27 km dari Denpasar. UNESCO mencatat goa ini sebagai warisan dunia dalam daftar tentatif (menunggu
kepastian) pada tanggal 19 Oktober 1995 dalam bidang kebudayaan
Goa ini dipahatkan pada batu padas keras yang menjorok keluar.
Permukaan goa berhiaskan motif daun daunan, batu karang, raksaasa, kera, dan
babi. Ditengah tengah relief tersebut terdapat relief mulut goa dengan ukuran
lebar 1 meter dan tinggi 2 meter. Di ambang mulut goa terdapat pahatan muka
raksasa yang menyeramkan dengan mata bulat besar melirik kearah kanan, rambut
dan alis tampak kasar, hidung besar, bibir atas dengan sederetan gigi tepat
berada di atas lubang goa. Goa Gajah merupakan tempat suci sebagai pusat
kegiatan agama Hindu dan. Status situs Goa Gajah sekarang merupakan living
monument berfungsi sebagai tempat kegiatan keagamaan (Pura) dan masyarakat
menyebutnya sebagai Pura Goa.
Goa Gajah Bali
Makan siang di RM Bebek Bali, seberang Gua Gajah
Makan siang rumah makan bebek yang berada di
seberang tempat wisata Gua Gajah. Saung-nya berada di sekitar area persawahan.
Karena banyak yang makan di sisi, kami perlu beberapa waktu menunggu makanan
dihidangkan.
Pura Tirta Empul Tampak Siring
Tirta Empul adalah nama sebuah pura yang terletak di
kecamatan Tampak Siring. Lokasinya
berada di bawah Istana Tampak Siring Bali. Pura Tirta Empul banyak
dikunjungi para wisatawan, baik dari mancanegara maupun wisatawan domestik. Di
pura Tirta Empul, terdapat mata air dan juga digunakan oleh masyarakat
pemeluk agama Hindu, untuk permandian dan memohon tirta suci.
Nama Tampak Siring berasal dari kata Tampak yang berarti telapak dan
Siring berarti miring.Telapak yang ada dalam nama tempat wisata
ini, diceritakan sebagai telapak dari raja yang bernama Mayadenawa.
Pintu Masuk Pura Tirta Empul- Bali
Pancuran Tirta Empul Bali
Kolam di Tirta Empul
Tanah Lot
Tanah Lot
adalah sebuah objek wisata yang berada di tepi pantai di Bali.. Di sini ada dua
pura yang terletak di atas batu besar. Satu terletak di atas bongkahan batu dan
satunya terletak di atas tebing mirip dengan Pura Uluwatu. Pura Tanah Lot ini merupakan bagian dari pura Dang Kahyangan. Pura Tanah Lot
merupakan pura laut tempat pemujaan dewa-dewa penjaga laut. Tanah Lot terkenal
sebagai tempat yang indah untuk melihat matahari terbenam. Saat kami tiba di
Tanah Lot hari sudah mulai senja, sesuai saran supir yang
membawa kami.
Pintu Pura Tanah Lot
Tanah Lot Bali
Hari V, Jumat 27 Desember 2013
Hari ini adalah hari
terakhir di Bali, tiket pulang hari ini dengan pesawat Air Asia sekitar pukul
12 WITeng.
Setelah mandi dan sarapan pagi, planning pagi
ini adalah jalan pagi ke tugu/monumen peringatan bom Bali di jalan Legian. Pada
monumen peringatan tersebut tercantum nama-nama para korban bom Bali 2 Oktober
2002.
Monumen Bom Bali
Selesai dari tugu
peringatan bom Bali, kembali ke penginapan untuk bersiap ke Bandara dengan naik
taksi. Dalam perjalanan ke Bandara kami singgah di tempat toko oleh-oleh Krisna
Jl. Nusa Indah No. 77 Denpasar- Bali. Letaknya yang ada di pusat kota Denpasar
membuat Krisna sering dijadikan pilihan para wisatawan untuk mencari oleh-oleh
khas Bali. Selain itu, lahan parkirnya yang cukup luas dan koleksinya yang
cukup lengkap juga menjadi pertimbangan tersendiri.
Untuk masuk kedalam toko, di pintu masuk para
pengunjung ditempeli stiker nomor di baju. Disini kami membeli beberapa potong
baju kaos dan makanan khas Bali.
Toko Oleh-oleh Krisna Denpasar Bali
Setelah belanja oleh-oleh
selesai, perjalanan dilanjutkan ke Bandara Ngurah Rai, untuk terbang kembali ke
Jakarta. Tiket pesawat Denpasar-Jakarta dengan Air Asi ini dengan tarif Rp 250
ribu perkepala, tarif promo.
Tiba di Bandara Sukarno
Hatta terminal 2. Menunggu bus Damri tujuan Bekasi sudah hampir 1 jam belum
juga nongol, padahal hujan sudah mulai turun. Kami disarankan untuk naik bus
yang ada ke terminal 1 untuk menunggu bus disana, bus kemungkinan enggan ke
terminal 2 karena macet. Akhirnya diputuskan naik taksi kembali ke Bekasi.
Puji Tuhan sampai di rumah
di Bekasi semua dalam keadaan sehat-sehat.