Selasa, September 29, 2009

Jalan-jalan, Tour Bekasi-Semarang-Jogya PP

Di pelataran Candi Borobudur
JALAN-JALAN
TOUR BEKASI-SEMARANG-JOGYAKARTA PP
Setelah beberapa kali berdiskusi dengan keluarga tentang mengisi acara libur panjang lebaran 2009, akhirnya diputuskan untuk mencoba jalan-jalan ke Jateng dan Jogya, dengan tujuan Candi Borobudur, Keraton Jogya dan Candi Prambanan. Ini sesuai dengan permintaan anak-anak yang ingin melihat langsung Candi Borobudur yang pernah mereka baca dan lihat gambarnya di buku pelajaran sekolah mereka.
Sebelum hari H tiba, meski masih juga ragu untuk berangkat, dilakukan tune up mobil dan mengganti dua ban yang ada retak dan sobekan. Dana yang dikeluarkan untuk hal tersebut sekitar Rp 2 Juta.

Adapun rencana liburan kali ini adalah;
Minggu tgl. 20 September 2009 pagi berangkat dari Bekasi, rencana menginap di Cirebon-Pekalongan (tergantung situasi dimana malam tiba).
Senin tgl 21 September 2009 pagi melanjutkan perjalanan menuju Candi Borobudur dan Jogya.
Selasa tgl. 22 September 2009 di Jogya dan Candi Prambanan, langsung balik kanan menuju pulang.
Rabu tgl. 23 September 2009 diharapkan sampai kembali di Bekasi.

Karena namanya juga jalan-jalan, rencananya sebagian besar waktu akan dihabiskan di jalan pada siang hari dan istirahat pada malam hari. Kesepakatan bersama adalah tidak perlu memaksakan diri, dimana gelap disitu beristirahat. Jika waktu sudah habis sebelum sampai tujuan karena macet atau hal-hal lain, langsung kembali ke Bekasi sesuai jadwal.

Akhirnya hari H-pun tiba, keraguan untuk melakukan perjalan jauh ditepis jauh-jauh, Minggu tgl. 20 September 2009 pagi jam 09.00 WIB, setelah terlebih dahulu berdoa mohon keselamatan di jalan kami sekeluarga berjumlah lima orang; saya, istri beserta tiga orang anak, Tasya 10 tahun, Jessica 8 tahun dan Evin 2,5 tahun, berangkat dengan mengenderai kendaraan Mitsubishi Kuda Super Exceed tahun 2001 dengan tujuan Jogyakarta. Dengan berbekal peta jalur mudik tahun 2009 yang dikeluarkan oleh FLEXI kamipun berangkat. Jogya kami datang.


Istirahat di perjalanan
Minggu, 20 September 2009
Pukul 09.00 WIB,
berangkat dari rumah, catatan kilometer mobil pada posisi 84.953. Dari rumah hingga pintu tol Bekasi Barat yang berjarak sekitar lima kilometer ditempuh dengan waktu hampir satu jam. Masuk jalan tol Cikampek dari pintu tol Bekasi Barat, suasana lalulintas padat tetapi lancar. Mungkin karena hari ini adalah lebaran pertama.
Pukul 11.30 WIB, keluar Cikampek terjadi antrian lebih kurang 500 m dari pintu pembayaran tol. Keluar tol menuju jalur pantura langsung terhambat kemacetan. Kemacetan terjadi sampai di Jatisari, setelah itu lancar. Meski jalanan tidak mulus, bergelombang dan berlubang, tapi kendaraan bisa dipacu di kecepatan 60-80 km/jam.
Pukul 12.00 WIB, tiba di SPBU sekitar Pemanukan, istirahat sambil makan siang dengan bekal yang telah disiapkan dari rumah.
Pukul 13.00 WIB, melanjutkan perjalanan menuju Cirebon, kondisi jalan masih seperti tadi sedikit bergelombang. Karena jalanan cukup lancar walau padat, yang tadinya direncanakan menginap di Cirebon, perjalanan dilanjutkan terus. Terjadi kecelakaan pada sebuah mobil kijang Innova yang terguling menyeberangi parit ke halaman rumah penduduk. Mungkin sudah terjadi bebera saat yang lalu.
Pukul 15.00 WIB, keluar tol Kanci, kilometer mobil menunjukkan posisi 85.195.
Pukul 15.30 WIB, sampai kota Brebes, jalanan lancar.
Pukul 16.13 WIB, sampai kota Tegal, kilometer mobil pada posisi 85.248. Dari Tegal ke Pemalang jalanan masih lancar, walau kondisi jalan bergelombang.
Pukul 17.00 WIB, sampai di Pekalonngan, mengisi bahan bakar di SPBU. Penginapan disekitar Pekalongan banyak terlihat dipinggir jalan, tetapi karena masih sore dan mumpung jalanan lancar, sepakat untuk jalan terus. Selepas Pekalongan, di Kendal, jalanan cukup mulus sehingga kecepatan bisa sampai dengan 80 km/jam. Hari sudah mulai malam dan suasana gelap, mungkin sedang terjadi pemadaman listrik, sekitar jalan juga sepi karena melewati daerah yang kosong dari perumahan. Anak-anak sudah meminta beristirahat, tetapi disepanjang jalan tidak kelihatan penginapan satupun, sehingga perjalanan tetap dilanjutkan menuju Semarang.
Pukul 19.00 WIB, sampai Semarang, suasana sepi tak ada toko/warung yang buka mungkin karena hari pertama lebaran, belum satu hotel/penginapan-pun yang terlihat. Anak-anak semakin rewel untuk segera beristirahat, mulai sedikit cemas, karena orang untuk tempat bertanya-pun jarang kelihatan. Ke SPBU untuk mencaritahu keberadaan penginapan, petugas SPBU juga tidak tahu disekitar mana ada penginapan. Setelah beberapa kali berhenti untuk bertanya, akhirnya bertemu seseorang yang juga tidak tahu tentang lokasi hotel/penginapan disekitar tempat itu, tetapi tahu ada penginapan dilokasi sekitar rumahnya yang berlokasi didaerah lain. Setelah minta tolong untuk diantar ke lokasi dimaksud, berangkat bareng ikut mobil dan nanti kembali ke tempat tersebut diongkosi. Ditengah perjalanan orang tersebut menawarkan seperti apa tempat yang diinginkan, yang sederhana atau yang agak elit-an. Setelah minta penjelasan kepadanya apa yang dia maksud dengan sederhana dan yang elite, kamipun sepakat untuk mencari penginapan yang elite, sesuai dengan pengertian dia.
Pukul 20.00 WIB, kami-pun tiba di hotel/penginapan yang dimaksud. Setelah bertanya di resepsionis ternyata masih ada satu kamar kosong kelas superior, berukuran 3x3 m dengan AC, kamar mandi didalam ada air panas dengan tarif Rp 150.000,- permalam. Karena kami semua sudah letih, terlebih anak-anak yang ingin segera tidur, kami-pun sepakat mengambil kamar tersebut. Perasaan yang tadi sudah mulai sedikit cemas karena tidak akan mendapat penginapan akhirnya berlalu, terimakasih banyak Pak Asep (bapak yang mengantar kami tersebut mengaku bernama Asep, walaupun berasal dari Jawa), tapi apalah arti sebuah nama. Ongkos Pak Asep untuk kembali ke tempat semula Rp 20.000,-
Guest House tempat kami menginap malam ini bernama PUSPA INDAH di Jalan PUSPOWARNO TENGAH I Semarang; nomor telepon 024-7613383- Jawa Tengah.
Itulah hari pertama perjalanan kami, melelahkan juga menyenangkan.
.
Senin, 22 September 2009
Bangun pagi badan masih terasa pegal karena tidur satu ranjang bertiga dengan anak, sedang ibunya dengan sibungsu tidur dengan extra bed di bawah. Pagi hari jalan pagi sebentar dengan anak-anak, kemudian mandi dan sarapan. Setelah membayar rekening penginapan beserta biaya ekstra lainnya sebesar Rp 195.000,-, kamipun melanjutkan rencana perjalanan menuju Candi Borobudur.
Pukul 07.30 WIB, berangkat dari penginapan menuju candi Borobudur, melewati RSUP Dr. Karyadi, Akpol (Akademi Kepolisian), Kampus Undip lalu masuk jalan tol.
Pukul 08.30 WIB, tiba di Ungaran, lalulintas jalan agak macet.
Pukul 09.30 WIB, sampai kota Ambarawa, kilometer mobil menunjukkan posisi 85.466. Selepas Ambarawa kondisi jalanan kurang bagus dan sempit. Di daerah Secang-Magelang mulai terasa kepadatan dan kemacetan, kendaraan merayap lambat sekali dan lebih banyak berhenti.
Mendapat telepon dari abang di kampung (Talun Kenas) mengabarkan bahwa ibu mertuanya telah meninggal dunia tadi pagi di Medan.
Pukul 10.45 WIB disekitar Magelang kilometer mobil menunjukkan angka 85.496, karena sudah letih dan perut mulai lapar, kami berhenti beristirahat dan makan siang di RM ANI, yang murah meriah. Dari nomor polisi mobil yang parkir terlihat kebanyakan dari Jakarta.
Pukul 12.00 WIB, kami melanjutkan perjalanan walau kemacetan masih melanda. Di Magelang melihat ada rambu dengan tulisan tangan JOGYA- BOROBUDUR, kamipun mengikuti petunjuk tersebut. Setelah beberapa jauh melalaui jalan tersebut kami baru sadar bahwa rambu tersebut adalah jalur alternatif, karena jumlah kendaraan yang melaluinya relatif sedikit walau beberapa kendaraan dengan nomor polisi B juga ada. Walaupun sebelumnya merasa sedikit ditipu tapi terobati karena kebetulan jalan tersebut persis melewati kampus AKMIL Magelang, jadi tahu dapur tempat para perwira angkatan darat di godok. Sayangnya polisi tidak melengkapi rambu penunjuk arah tujuan Jogya dan Borobudur di setiap persimpangan, sehingga beberapa kali harus berhenti untuk menayakan arah ke candi Borobudur.

Begaya bersama si bungsu di Candi Borobudur
Pukul 13.00 WIB, tiba di Candi Borobudur, kilometer mobil pada posisi 85.520. Ini adalah candi terbesar di Indonesia. Petugas parkir swasta mengarahkan parkir di pinggir jalan dengan alasan parkir di halaman parkir dalam sudah penuh. Membayar biaya parkir Rp 10.000,- walau dikarcis parkir tertulis Rp 7.000,-. Ketika menayakan hal tersebut, sang petugas beralasan biaya ini itu. Ini namanya kesempatan dalam kesempitan.
Dengan riang anak-anak turun dari mobil dan bergegas hendak melihat langsung Candi Borobudur seperti apa aslinya. Dari tempat parkir menuju loket pembelian karcis masuk ada sekitar 100m. Tarif masuk Borobudur Rp 22,500,- perkepala. Beli karcis “kereta api” Rp 5.000,- perkepala dengan bonus airminum mineral ukuran 300 ml. Naik ke pelataran candi si kecil minta digendong. Di pelataran candi kami beberapa kali mengambil fhoto, kemudian minta bantuan tukang fhoto profesional yang banyak terdapat disekitar area candi dengan tarif Rp 30.000,- ditambah CD Rp 10.000,-.
Naik keatas candi agak 'crowded' karena pintu yang sama digunakan untuk pengunjung yang akan naik dan yang turun, disamping ketinggian tiap anak tangganya yang tidak normal (sehingga kelihatan curam). Candi Borobudur saat itu memang lagi dipenuhi oleh pengunjung dari berbagai daerah termasuk juga wisatawan mancanegara. Naik dan berkeliling candi yang sudah mereka bayangkan jauh hari sebelumnya, membuat anak-anak sangat riang. Beberapa kali mereka mencoba merogoh patung yang ada didalam stupa dan berhasil menggapainya, menambah keriangan mereka.
Perjalanan keluar dari lokasi candi diarahkan kepasar penjual cindera mata, tidak diperbolehkan melalui jalan pintas menuju parkiran, semua yang turun di”wajib”kan untuk melalui pasar tersebut. Karena memang sudah cukup lelah untuk naik dan berkeliling candi, perjalanan turun ke areal parkir sedikit terasa menyebalkan. Disamping jarak dari candi menuju area parkir cukup jauh, juga penuh sesak oleh orang yang akan keluar dan pedagang. Melihat kondisi tersebut saya tidak merekomendasikan bagi Batita (kecuali jika ortu bersedia untuk terus menggendong) dan Lansia untuk berwisata kesini, karena akan mengalami keletihan fisik yang amat sangat.

Kak Tengah "Echi" Abang "Evin" Kak Tua "Icha"


Pukul 16.22 WIB, setelah puas naik, berkeliling candi dan berfhoto ria kamipun turun untuk segera melanjutkan perjalanan ke Jogyakarta. Selepas Borobudor kemacetan masih terasa. Di daerah Sleman jalan mulai lancar dan tinggal memperhatikan arah rambu-rambu.
Pukul 18.00 WIB, tiba di Malioboro Jogyakarta kilometer mobil pada posisi 85.555, mencari hotel tempat menginap. Beberapa kali hendak berbelok ke arah hotel, selalu ada yang datang menyamperi mobil kami mengatakan bahwa hotel tersebut sudah penuh. Karena kurang yakin kami mencoba menghubungi hotel tersebut melalu telepon, dan memang hotel tersebut sudah penuh. Menghubungi Hotel Djogja Plaza, semua kamar penuh hanya tersisa satu kamar suite dengan tarif Rp 2,5 juta/malam. Sudah ada sepuluh hotel yang didatangi/hubungi dan semuanya penuh.
Seorang abang beca menawarkan jasa untuk mengantar ke penginapan yang kemungkinan masih ada kamar kosong, karena hari sudah malam dan memikirkan anak-anak yang butuh segera beristirahat, kamipun bersedia mengikuti tawaran abang becak tersebut. Kami dibawa kesebuah rumah, bukan hotel, yang memang menyediakan kamar untuk disewakan bagi orang yang membutuhkan. Kamar yang ditawarkan berukuran 3,5 x 3,5 m dengan fasilitas hanya dua buah ranjang dengan kasur kapuk dan pendingin udara sebuah fan (kipas) serta kamar mandi diluar. Kamar tersebut ditawarkan dengan tarif Rp 300.000,- permalam, tidak boleh ditawar lagi. Karena keterpaksaan memikirkan waktu juga sudah malam, kamipun mengambil kamar tersebut untuk beristirahat. Inilah penginapan biasa dengan tarif luar biasa.

Menunggu makan malam di Malioboro

Pukul 20.30 WIB, malam hari, dengan dua buah becak kami mencari tempat makan malam lesehan. Setelah selesai makan malam, berkeliling dengan becak tersebut mencari toko batik dan toko oleh-oleh makanan. Biaya sewa becak berkeliling malam itu Rp 20.000, perbecak. Kembali ke penginapan jam 22.00 WIB, karena sudah letih kami segera beristirahat.
Menginap di rumah dengan alamat Jl. Letjen Suprapto No 129, dekat Hotel Safira Jogyakarta.
Inilah hari kedua perjalanan liburan kami.
.

Selasa, 22 September 2009
Bangun pagi, jalan pagi dengan anak, kemudian mandi dan sarapan pagi.
Pukul 08.00 WIB, kamipun cabut meninggalkan “hotel” dengan tarif lumayan mahal tersebut. Hari ini rencana menuju Keraton Jogya dan Candi Prambanan. Setelah bertanya tentang informasi dan arah yang akan di tuju, kamipun berangkat.

Di kraton Jogya

Pukul 08.30 WIB, tiba di Keraton, parkir disekitar keraton dengan tarif Rp 5.000,-. Loket penjualan karcis masuk baru dibuka, tarif masuk Rp 3.000,- perkepala. Masuk keraton ditemani seorang guide laki-laki separoh baya, yang menyampaikan informasi dengan cepat, sehingga apa yang disampaikan kadang kurang tertangkap. Mungkin pak “guide” sedang mengejar setoran sehingga kelihatan terburu-buru. Tapi ada baiknya juga, dia beberapa kali menawarkan diri untuk mengambil fhoto kami dengan kamera digital yang dipegang oleh anak tertua saya. Tidak lebih setengah jam berkeliling keraton, kamipun melanjutkan perjalanan menuju Candi Prambanan.

Fhoto bersama di Candi Prambanan
Pukul 09.30 WIB, setelah mengalami sedikit kemacetan, kamipun tiba di Prambanan. Seperti di candi Borobudur, di Prambanan juga lokasi parkir dan candi cukup jauh. Tarif masuk candi Prmabanan Rp 20.000,- perkepala. Di candi Prambanan berkeliling, dan naik masuk kesalah satu candi yang terdapat patung Nandi?? (sejenis sapi). Pintu naik-turun yang sempit serta tangga yang curam dan pengunjung yang banyak membuat kita harus berhati-hati. Tidak lebih dua menit didalam candi kamipun segera turun, karena memang tidak ada lagi yang dilihat selain patung tersebut. Setelah mengambil beberapa kali fhoto, kamipun segera meninggalkan candi Prambanan. Jalan keluar menuju areal parkir jaraknya lebih kurang tiga kali jarak masuk menuju candi, jarak yang cukup melelahkan..
Karena semua lokasi yang direncakanan sudah dikunjungi, ini waktunya untuk kembali pulang menuju rumah di Bekasi.
Pukul 11.00 WIB, meninggalkan Prambanan pulang melalui Pantura, jadi arah Magelang. Jalanan cukup lancar, Sleman lanjut terus menuju Magelang.
Pukul 13.00 WIB, berhenti untuk beristirahat dan makan siang di RM Padang Duta Minang (DM) di daerah Muntilan. Setelah beberapa hari makan dengan rasa tidak jelas, kali ini baru terasa makan yang sebenarnya.
Pukul 14.00 WIB, melanjutkan perjalanan, dibeberapa titik jalan sempit dan kualitas jalan yang kurang baik terjadi beberapa kali kemacetan.
Peristiwa yang tragis terjadi persis didepan kiri kendaraan kami. Seorang ibu dengan barang bawaannya (kemungkinan seorang bayi karena dibedong) jatuh dari atas sepeda motor bebek. Benda tersebut menggelinding dan sang ibu dengan segera duduk dan menangkap benda tersebut, sertamerta orang yang berada dipinggir jalan segera bergegas menolong. Karena kami melihatnya hanya selintas, jadi tidak bisa memastikan apakah benda tersebut seorang bayi atau benda lain yang dibedong. Mudah-mudahan semuanya selamat dan tidak kekurangan sesuatu apapun.
Pukul 17.30 WIB, tiba di Semarang. Anak-anak minta di Semarang menginap di hotel kemarin, agar tidak bingung mencari penginapan jika malam tiba. Kamipun mencoba mencari-cari alamat penginapan Puspa Indah yang beralamat di jalan Puspowarno Tengah I tersebut. Di bundaran Tugu Muda jalan Soegijopranoto Semarang, kami bertanya keseorang penjual makanan alamat jalan Puspowarno Tengah. Dia menunjukkan sebuah plank nama yang persis terdapat disekitar situ, yang ternyata plank hotel Puspa Indah. Setelah mendapat petunjuk arah penginapan tersebut, kamipun segera menuju arah yang dimaksud. Setelah beberapa lama mencari dan mencocokkan dengan denah alamat penginapan yang ada pada kami, akhirnya Guest House PUSPA INDAH ketemu juga. Jadilah kami menginap di penginapan dan di kamar yang sama tempat kami menginap kemarin malam.
Pukul 18.45 WIB, berjalan ke arah Simpang Lima. Setelah mengisi bensin, kamipun mencari tempat makan malam disekitar situ. Ketemu tempat makan yang kelihatannya ramai dikunjungi, terlihat dari mobil yang parkir disitu. Nama warungnya Bakmi Jowo Pak RABIN. Semua meja sudah penuh dengan pengunjung, kami diminta untuk menunggu sekitar satu jam. Semula saya sudah ragu menunggu, disamping sudah lapar kursi untuk menunggu juga tidak ada jadi harus berdiri menunggu. Tapi rasa penasaran mengalahkan rasa lapar saya, kamipun menunggu dengan penuh penasaran apa gerangan yang membuat orang-orang ramai berkunjung dan rela menunggu hampir sejam. Selama kami menunggu, beberapa pengunjung yang datang kemudian setelah kami banyak yang mundur karena diinformasikan harus menunggu lebih dari sejam. Saya iseng melihat dapur dan cara mereka memasak, akhirnya saya maklum mengapa harus menunggu lama karena memang tukang masaknya hanya satu, masakannya juga dimasak satu persatu porsi dengan kuali kecil yang memang hanya cukup untuk satu porsi. Bisa dibayangkan jika saat itu pengunjung yang sedang menunggu ada di lima meja dengan tiap meja lima orang, maka daftar tunggu adalah 25 porsi. Karena saya kurang begitu menyukai masakan mie, saya pesan nasi goreng sedang istri memesan bakmi jowo. Satu jam dalam penantian, akhirnya masakan yang dipesanpun datang. Saya cicipi nasi goreng yang disediakan, biasa saja kalau tidak bisa. Tapi begitu saya mencicipi bakmi jowo yang dipesan istri, baru terasa cita rasanya. Rasanya memang enak dan lezat, pantaslah orang menanti sekian lama untuk masakan bakmi jowo-nya tapi tidak untuk nasi gorengnya.
Pukul 21,00 WIB, belanja minuman dan camilan di mini market untuk bekal pulang diperjalanan besok.
Pukul 22.00 WIB, beristirahat mempersiapkan stamina untuk perjalanan pulang besok.
Inilah hari ketiga perjalanan liburan kami.
.
Rabu, 23 September 2009
Bangun pagi, jalan pagi, kemudian mandi dan sarapan pagi.
Pukul 07.45 WIB, setelah melakukan peregangan dan olahraga sederhana beberapa saat, kamipun melanjutkan perjalanan untuk pulang ke Bekasi, kilometer mobil pada posisi 85.755.
Pukul 08.45 WIB, beristirahat di SPBU sekitar Kendal untuk pergi ke toilet, kami sempatkan mengambil gambar di depan mobil. Kemudian melanjutkan perjalanan lagi, jalanan di Kendal cukup mulus dan lancar.
Di daerah Pemalang polisi membelokkan arah ke jalan alternatif, sayangnya jalan selanjutnya tanpa rambu menuju Jakarta. Setelah berjalan beberapa lama, kami mulai curiga mengapa jalan begitu kecil dan kurang bagus dan lalulintas agak serta dan dikiri-kanan banyak pohon jati. Tapi karena didepan masih ada mobil dengan nomor polisi B, kami masih menepis kecurigaan tersebut. Makin lama rasa curiga kami makin besar, karena kondisi jalan makin kurang bagus dan anehnya makin sepi dari kendaraan pribadi pelat B. Karena penasaran, kamipun berhenti dan bertanya kepada penduduk setempat, katanya arah tersebut menuju Purwokerto. Astaga. Terbuang waktu sekitar setengah jam, putar balik ke kota cari rambu menuju arah Jakarta. Ternyata jalan yang tadinya ditutup sudah dibuka sehingga kendaraan dari arah Semarang bisa lurus tidak dibelokkan ke kiri lagi.
Kondisi jalan keluar dari Pekalongan menuju Pemalang lalu Tegal kurang baik, tetapi karena arus balik belum banyak dan disetiap persimpangan selalu ada pak polisi yang berjaga maka jalanan sangat lancar.
Pukul 13.00 WIB, di tempat istirahat jalan tol Panci, berhenti untuk berstirahat dan makan siang. Makan dengan menu sayur asem dan telur goreng serta perkedel terasa sangat nikmat karena laparnya. Disini kilometer mobil berada pada posisi 86.007.
Pukul 14.00 WIB, kembali melanjutkan perjalanan, jalanan masih lancar. Jalan antara Cirebon sampai Jatisari relatif bergelombang dilajur kanan dan relatif rata dilajur kiri, tetapi lajur kiri sudah mulai diisi arus balik kendaraan sepeda motor. Terjadi kecelakaan sebuah mobil kijang penyok kap depannya karena tabrakan, asap air radiator terlihat masih mengebul pertanda kejadian masih baru terjadi. Dari Jatisari menuju perempatan Jomin kemacetan mulai terasa sampai pintu tol Cikampek.
Pukul 17.34 WIB, tiba di pintu tol Cikampek, kilometer mobil 86.170. Masuk tol kendaraan padat tapi masih lancar hingga sampai dipertemuan dari arah Bandung, kemacetanpun terjadi. Kemacetan mencair di Km. 62 dan padat lancar hingga sampai di pintu keluar tol Bekasi Barat.
Pukul 19.00 WIB, tiba di rumah dengan selamat dan sehat, kilometer mobil menunjukkan posisi 86.238.
Itulah akhir perjalanan kami selama empat hari tiga malam, semua berjalan sesuai rencana semula.

Kesan dan Pesan :
- Persiapkan kondisi kendaraan dengan baik, terutama mesin dan ban.
- Jika belum pernah ke lokasi yang akan dituju, persiapkan peta perjalanan.
- Upayakan mencari tahu tempat penginapan sebelum menuju lokasi yang belum pernah dikunjungi, sehingga tidak bingung jika kemalaman.
- Siapkan minuman dan camilan didalam kendaraan, untuk bekal diperjalanan.
- Mengemudi untuk perjalanan jarak jauh harus hati-hati dan tetap konsentrasi penuh serta mengontrol emosi. - Soal didahului dan susah mendahului kendaraan lain anggap saja soal biasa.
- Untuk jalur alternatif, kepada yang berwenang agar melengkapi rambu-rambu ditiap perempatan supaya tidak kesasar.
- Berwisata ke Candi Borobudur dan Prambanan, perlu kekuatan fisik yang baik.
- Jarak tempuh Bekasi-Semarang-Jogya-Semarang-Bekasi sejauh 1.285 Km.
- Biaya bensin Rp 650.000,-
- Biaya penginapan, makan dan jajanan untuk berlima selama 4 hari 3 malam Rp 2.000.000,-

Sasaran Berikut :
- Tour Jakarta – Medan PP
- Tour Jakarta – Bali PP.