Senin, Februari 27, 2017

Kebun Raya Cibodas - Maribaya Lembang


Liburan Akhir Tahun 2016
Mengisi liburan akhir tahun 2016, kami sekeluarga sepakat mengadakan perjalanan ke Taman Cibodas Puncak, sekalian menginap di tenda di lokasi Bumi Perkemahan Mandala Wangi di kaki gunung Gede Pangrango- Jawa Barat.
Hari Rabu tgl. 28 Desember 2016 pagi, berangkat dari rumah di Bekasi menuju Puncak. Jalanan dari Bekasi sampai Puncak relatif lancar. Beberapa kali berpapasan dengan bus Bandung-Jakarta, ini mungkin efek tidak diperbolehkannya bus melewati  jalan tol Cipularang jembatan Cisomang, karena mengalami kerusakan. Bus Jakarta-Bandung atau sebaliknya, biasanya mengambil rute jalan tol Cikampek lanjut ke jalan tol Cipularang, sekarang mengambil jalan via Puncak.

Tiba di Cimacan, pertigaan menuju Taman Cibodas, sekitar pukul 11.00 WIB. Karena sudah mulai lapar, kami makan siang di RM BAKSO LAPANGAN TEMBAK yang berada tidak jauh dari pertigaan Cimacan.


Selesai makan siang, langsung menuju Cibodas. Dari pertigaan jalan raya Puncak menuju Cibodas, jalanan menanjak, di kiri-kanan jalan rumah penduduk dan kebun penduduk setempat. Jalanan lebar tapi dibeberapa titik terdapat kerusakan. Menuju lokasi dari pertigaan sekitar 20 menit. Di jalan utama sudah menunggu retribusi untuk masuk ke daerah Cibodas @Rp 10rb/orang.

Sebelum sampai di Kebun Raya Cibodas, ternyata lokasi Perkemahan Bumi Mandalawangi ketemu terlebih dahulu. Karena niat kami malam ini menginap di tenda/kemah, maka kami terlebih dahulu mencari info tempat menginap terlebih dahulu.

 

BUMI PERKEMAHAN MANDALAWANGI - CIBODAS

Ada pemandu yang membawa kami menuju tempat berkemah, dan menunjukkan beberapa tenda yang sudah terpasang. Karena kami masuk lokasi lewat pintu samping Kebun Raya Cibodas, bukan pintu utama, kami harus menyeberangi sungai kecil yang berada di pinggir lokasi perkemahan. Di pinggir sungai ada beberapa tenda yang sudah terpasang dan ditawarkan kepada kami untuk tempat menginap dengan harga Rp 150rb/malam, ukuran sekitar 2 x 2,5 m. Di bagian atas tempat perkemahan tersedia tenda lebih besar ukuran 3 x 3,5 m dengan harga Rp 250rb/malam. Dengan pertimbangan lebih enak berada didekat sungai, kami mengambil tenda yang didekat sungai. Selain itu didekat tenda tersebut juga ada keluarga lain yang menginap di tenda, sekitar 7 m jaraknya dari tenda kami. Karena kak Echi, anak nomor dua kurang fit, kami menyewa satu kasur untuk tempat tidurnya. Harga sewa kasur Rp 40rb/malam, ukuran 0,5x1,8 m. Fasilitas di tenda hanya tenda dan alas lantai dari tikar bahan karet.

Info dari pemandu, tidak ada lampu penerangan untuk lokasi tenda. Kalau mau sewa lampu tembak harus bayar lagi Rp 150rb/malam. Kami coba mencari lampu ke area parkir mobil, ternyata tidak ada yang menjual. Untuk mengantisipasi gelapnya malam, saya mengumpulkan beberapa potongan kayu dan bambu untuk dibuat api unggun nanti malam.
Menjelang sore, tetangga kemah kami tadi memindahkan tendanya ke arah menjauh tenda kami, kini jaraknya sekitar 15 m.

Sebelum malam, kami menyempatkan bermain di sungai yang airnya sangat dingin. Saya mandi di sungai tersebut, teringat waktu kecil mandi dan bermain di sungai sewaktu di kampung Talun Kenas.

Untuk makan malam, kami pesan nasi goreng, yang dijual oleh warung yang ada di lokasi Bumi Perkemahan Mandalawangi. Untuk urusan MCK (Mandi, Cuci dan Kakus) tersedia 8 kamar mandi, tapi harus bayar Rp 5.000 sekali pakai. Lokasi kamar mandinya ada di dekat warung yang menjual makanan. Harga nasi goreng Rp 15.000/porsi, cukup untuk mengganjal perut malam ini.

Menjelang malam, saya sedikit khawatir karena tidak adanya lampu penerangan. Kekawatiran saya yang utama adalah adanya binatang yang mendekat atau menyusup masuk ke tenda. Kemudian kekhawatiran akan adanya tangan jahil di malam hari, karena lokasi tenda kami yang berada dekat jalan keluar masuk pintu samping perkemahan. Di sebelah atas kami ada rombongan Pramuka yang juga menginap dan memakai lampu tembak, tapi sayangnya arah lamunya bertolak belakang dengan lokasi tenda kami.

 Api unggun sudah dinyalakan, tapi karena udara lembab dan kayu bakarnya dari bambu, jadi cepat habis dan mati. Ada penjual barang dagangan yang lewat didekat tenda menawarkan barang dagangannya berupa sarung tangan dan tutup kepala, tapi tidak ada menjual lampu ataupun senter.  Terpaksa tidur tanpa lampu malam ini. Beberapa kali terbangun ditengah malam, hanya untuk melihat api unggun yang beberapa kali padam, dan juga mengecek situasi sekitar tenda.  Untuk penerangan dalam tenda kami menggunakan lampu senter kecil yang kami bawa dan menghidupkannya sepanjang malam. Untungnya batere senter tersebut bertahan hingga pagi. Lega rasanya pagi menjelang, semua kekhawatiran berlalu sudah. Setidaknya ini adalah pengalaman pertama tidur ditenda bersama keluarga, walaupun malam terasa sangat panjang.








Tidak menunggu lama, setelah mandi dan sarapan, kami menuju Kebun Raya Cibodas.

 

KEBUN RAYA CIBODAS

Kamis, 29 Desember 2016

Masuk Kebun Raya Cibodas dengan harga tanda masuk Rp 15.000/orang. Di dalam kebun kami berkeliling dengan mobil. Pohon-pohon tua terlihat menjulang tinggi. Kami berhenti di parkiran dekat lokasi tumbuhan Kantong Semar, kemudian ke taman Lumut dan Bunga Bangkai. Sayangnya Bunga Bangkai-nya sedang tidak berbunga. Kemudian berjalan ke arah mess yang ada disana, dan mengitari taman yang ada di sana.





Karena dipapan petunjuk disekitar parkir tadi ada menunjukkan lokasi Taman Bunga Sakura, anak saya, bang Evin, meminta kami menuju kesana. Setelah melalui jalan berkelok dan naik turun, kami tiba di Taman Sakura, yang sayangnya bunganya belum ada, infonya akan berbunga di bulan Februari nanti. Di sekitar Taman Sakura, ada air terjun. Kami berhenti sejenak untuk melihat air terjun, sudah banyak orang yang bermain air di sana.

Setelah puas berkeliling di Kebu Raya Cibodas kami keluar dan melanjutkan perjalanan menuju Bandung lewat Cianjur.

 

CIANJUR

Perjalanan dari Puncak ke Cianjur lancar, meski sempat nyasar ke arah markas Armed di Cianjur, akhirnya jalan ke Bandung ketemu juga. Makan siang di IBC (Ikan Bakar Cianjur) yang berada dipinggir jalan sebelah kiri menuju Bandung. Rumah Makan yang cukup besar dan halamannya luas, tapi saat kami kesana hanya sedikit pengunjung yang singgah untuk makan siang.

Setelah makan, kami menyempatkan diri untuk memancing di kolam yang ada di bawah saung tempat makan, kail juga sudah tersedia di saung tersebut. Dengan berbekal umpan sisa nasi, bang Evin berhasil menangkap seekor ikan Mujair. Anak kami berteriak kegirangan berhasil memancing ikan, karena ini pengalaman pertamanya memancing.

 

BANDUNG

Lalu lintas dari Cianjur menuju Bandung padat merayap. Banyak truk dan bus berbaur dengan sepeda motor. Setelah berkendara beberapa jam baru tembus sampai pintu tol Padalarang. Melalui jalan tol kami menuju ke Bandung untuk menginap. Kami menginap di Hote Ammeerra Geger Kalong Hilir, Bandung. Untuk menghemat, kami satu kamar berlima. Ini juga untuk menghapuskan rasa penasaran anak terkecil saya, bang Evin, kalau saya dinas dari kantor menginap di hote tersebut di Bandung. Tarif menginap Rp 450rb/malam, kalau akhir pekan malah Rp 350rb.


Malam hari di Bandung, kami menuju Ciwalk (Cihampelas Walk). Susah untuk mendapatkan tempat parkir di Ciwalk, setelah berputar-putar kami parkir di lokasi parkir lantai bawah.


Suasana Natal masih terasa di Ciwalk, pohon Natal yang tinggi dan hiasan-hiasan kado Natal masih terpasang. Walau bukan malam Minggu, lokasi ini penuh dengan pengunjung. Setelah berkeliling mencari tempat makan, akhirnya kami putuskan makam malam di Bakmi GM Ciwalk. Puas melihat-lihat kami kembali ke hotel untuk beristirahat.

 

MARIBAYA – LEMBANG

Jumat, 30 Desember 2016

Sekitar pukul 08.00 WIB kami melanjutkan perjalanan dengan tujuan Maribaya Lembang. Jalan Setiabudi sampai UPI Bandung masih lancar, setelahnya mulai macet. Disekitar terminal Ledeng kami berbelok ke kiri, mengambil jalan alternatif menuju Lembang. Melalaui jalan alternatif ini jalanan sepi, tapi jalan relatif kecil.

Pukul 10.00 WIB sudah sampai kota Lembang, lanjut menuju Maribaya. Kalau ke Lembang sudah pernah beberapa kali, tapi ke Maribaya baru pernah sekali, itupun dulu sekitar tahun 1994, waktu dengan Bapak dan Mamak kesana. Sekarang malah tak terbayang Maribaya itu ada dimana dan seperti apa.


Dari Lembang ke Maribaya, melalui komplek Sespim POLRI, dan masih jauh lagi tempat tujuannya yaitu The LODGE Maribaya. Jalanan mulai menyempit dan sebagian rusak, tapi kendaraan pengunjung cukup banyak. Ternyata nama desa tempat The LODGE berada namanya Desa Cibodas juga. Artinya ini dari Cibodas ke Cibodas. Sampai The LODGE sekitar pukul 11.00 Wib. Berhubung tempat parkir di area The Lodge sudah penuh, kami diarahkan untuk parkir didekat jalan utama, masih berbentuk tanah merah penuh dengan debu. Dari area parkir tersebut disediakan kendaraan angkot untuk mengantar-jemput pengunjung menuju tempat lokasi The Lodge. Karena angkot yang ada sudah penuh dan yang berikutnya belum datang, kami dan banyak yang lainnya memutuskan untuk berjalan kaki sejauh 300 m. Tempat parkir yang muat sekitar 100an mobil sudah penuh. Jadi penasaran juga tempat apa sebenarnya ini, karena begitu banyak pengunjung. Padahal jaraknya cukup jauh dari kota dan jalannya juga tidak begitu bagus.

Sampai di area yang namanya The Lodge, bayar harga tanda masuk Rp 25rb/orang, dengan dipasang gelang berbagai warna, kami-pun memasuki lokasi. Tiba di dalam lokasi, sudah sangat banyak pengunjung, bahkan berjalan berpapasan saja harus saling senggol. Ternyata yang dijual tempat ini bukan permainan ataupun tempat mandi-mandi, tapi hanya tempat untuk ber-swafoto alias Selfie.

Ada beberapa tempat selfie yang tersedia; Sky Tree, Mountain Swing/ Sky Swing dan Zip Bike. Tiap-tiap tempat selfie tersebut harus bayar lagi Rp 15.000-20.000/lokasi jika ingin berfoto disana. Luar biasanya para pengunjung harus mengantri berjam-jam hanya untuk sampai dan diambil fotonya di tempat selfie tersebut. Kami yang sampai di Lodge sekitar pukul 11.00 WIB dan langsung membeli karcis untuk beberapa lokasi selfie bagi istri dan dua anak perempuan kami, Kak Icha dan Kak Echi. Karena ini hari Jumat, lokasi ditutup sementara dari pukul 11.30 – 13.00 WIB. Berhubung masih tutup, kami menyempatkan diri untuk makan siang di Saung Rumpun Bambu yang ada di tempat tersebut. Saat makan siang, kami bertemu beberapa orang dari Bekasi juga, dan memang tadi kendaaan yang perkir kebanyakan plat B daerah sekitar Jakarta.

Setelah makan siang, antripun dimulai. Lokasi pertama adalah Sky Tree, mulai mengantri pukul 11.40 WIB, tiba giliran ke atas pohon pukul 14.30 WIB, hampir 3 jam hanya untuk foto di pohon yang hanya sekitar 5 menit saja. Kemudian lanjut di Sky Swing dan Zip Bike, selesai pukul 17.00 WIB. Kemudian antri lagi untuk mengambil foto yang tadi dishoot oleh pengelola, per foto hargaya Rp 10rb/foto dalam bentuk softcopy. Luar biasa tempat ini dan marketingnya.

Foto-foto di The LODGE Maribaya – Lembang






















 



 Pukul 18.00 WIB kami pulang, rencana mau makan malam di Lembang, tapi karena tidak ada tempat makan yang cocok kami melanjutkan perjalanan ke arah Bandung. Akhirnya makan di Rumah Makan Pengkolan, dipinggir jalan antara Lembang ke Bandung.

Hari sudah malam, selesai makan kami lanjutkan perjalanan ke Bekasi. Sebelumnya sewaktu di Lodge sudah mencari info tentang situasi jembatan Cisomang apakah aman untuk dilewati, dari info yang kami dapat katanya aman. Kami putuskan ke Bekasi lewat jalan tol Cipularang lanjut jalan tol Cikampek. Tiba di rumah di Bekasi sekitar pukul 22.00 WIB.

Jumat, Februari 24, 2017

MENUJU PUTARAN Ke-DUA PILKADA DKI 2017



Hasil Real Count KPU dan Quick Count


Hasil hitung manual, yang merupakan hasil perhitungan resmi KPU Jakarta untuk pemilihan Gubernur/ Wakil Gubernur DKI Jakarta dari KPU secara resmi belum keluar karena masih dalam proses penghitungan. Berdasarkan data sementara Komisi Pemilihan Umum (KPU), pemilih berjumlah 7.218.279 sedangkan partisipasi sebesar 5.563.425, Kompas.com Jumat, 17 Februari 2017.

Dari Real Count KPU Jakarta dan beberapa lembaga survey telah mengeluarkan hasil akhir quick count mereka, seperti terlihat pada tabel di atas. Semuanya menempatkan paslon nomor urut 2 (pasangan Petahana) BASUKI  TJAHAYA PURNAMA /  DJAROT SAIFUL HIDAYAT unggul atas dua paslon lain.

Berdasarkan ketentuan pemenang adalah mereka yang berhasil meraih minimum jumlah suara 50% + 1 suara, ternyata tidak ada yang berhasil meraihnya. Oleh karenanya akan diadakan pemilihan putaran ke-dua, yang hanya menyertakan peraih suara terbanyak satu dan suara terbanyak kedua, yaitu Paslon nomor urut 2 dan Paslon nomor urut 3. Pemilihan putaran ke-dua ini dijadwalkan akan berlangsung pada tanggal 19 April 2017.

Setelah diwarnai aksi demo ber-jilid-jilid oleh para penentangnya yang menuntut agar Ahok segera ditangkap dan dinon-aktifkan sebagai Gubernur DKI Jakarta, ternyata Paslon nomor urut 2 masih bisa mengungguli kedua pesaingnya, walau belum dinyatakan sebagai pemenang karena perolehan suara tidak mencapai 50%+1 suara.

Isu SARA (suku, agama, ras, dan antargolongan) yang memojokkan Paslon nomor 2 khususnya Ahok, terus berkembang selama masa sosialisasi (kampanye). Aksi massa terhadap Ahok, terutama disebabkan oleh pernyataannya di Kepulauan Seribu tgl. 27 September 2016, yang dituduh telah menistakan agama. Pidato Ahok di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, 'menjadi amunisi' bagi kalangan yang sejak awal sudah menolaknya. Para pendemo menuntut agar Ahok segera ditetapkan menjadi tersangka penistaan agama dan harus segera ditangkap. Kemudian aksi massa diadakan ber-jilid-jilid dalam skala besar, dengan satu tujuan menjatuhkan Ahok.

Aksi 411, Jumat 4 Nopember 2016 dilakukan di Jakarta dengan mengatasnamakan organisasi keagamaan tertentu, menuntut proses hukum terlapor dugaan penodaan agama Basuki Tjahaya Purnama. Demo ini berbuah dengan ditetapkannya Ahok sebagai tersangka. Status tersangka yang ditetapkan kepada Ahok, kemungkinan tidak terlepas dari tekanan yang dilakukan oleh penentangnya melalui aksi ini. Jika benar status tersangka karena tekanan massa, dikhawatirkan akan menjadi preseden buruk dikemudian hari.

Aksi  212, Jumat 2 Desember 2016 dilakukan di Jakarta dan dipusatkan di Monas masih atas nama organisasi keagamaan, aksi ini merupakan peristiwa penuntutan kedua terhadap Ahok pada tahun 2016 setelah unjuk rasa sebelumnya terjadi pada 4 November 2016.  Tuntutannya adalah agar Ahok segera ditangkap. Ditengah hujan gerimis, Presiden Joko Widodo hadir dalam acara ini dan disambut hangat oleh para peserta aksi.

Aksi 112, Sabtu 11 Februari 2017 aksi yang dilakukan organisasi keagamaan tertentu beberapa hari menjelang pencoblosan Pilkada serentak 15 Februari 2017. Walaupun disebutkan bahwa aksi ini adalah murni kegiatan keagamaan, tapi mungkin sulit mengatakan tidak bermuatan politis. Karena setiap kali aksi diadakan, topik utamanya adalah bagaimana agar Ahok (paslon nomor urut 2) segera ditangkap dan dinonaktifkan sebagai Gubernur DKI Jakarta.

Aksi 212 jilid 2, Selasa 21 Februari 2017, ditengah hujan yang sudah turun dari malam hari dan banjir disana-sini, para pelaku yang mengatas-namakan dari organisasi keagamaan tertentu tetap melaksanakan aksinya ke depan gedung DPR/MPR RI. Masih dengan tuntutan yang sama, agar Ahok segera diberhentikan dari jabatan Gubernur DKI Jakarta dan segera ditahan.

Pilkada DKI Jakarta Putaran Ke-dua
Putaran ke-dua pemilihan Gubernur DKI Jakarta akan segera digelar pada 19 April 2017. Siapakah yang akan dipilih oleh rakyat Jakarta untuk menjadi Gubernur, biarlah rakyat Jakarta yang akan menentukannya.
Dengan merujuk hasil Real Count KPU pada Pilkada DKI Jakarta
  1. Agus HY / Sylvy            =  17,05 %
  2. Basuki TP / Djarot SH = 42,91 %
  3. Anies B / Sandiaga      = 40,05 %
Sementara Golput (tidak melaksanakan hak pilih) mencapai sekitar 23 % (1.570.185 jiwa), Detik.com  Jumat 17 Feb 2017.
Jika pada putaran ke-dua ini, pemilih pada putaran pertama dianggap tetap akan memilh paslon yang telah dipilihnya pada putaran pertama, maka yang akan diperebutkan adalah suara dari pemilih paslon 1 dan yang golput.

Estimasi sebaran pemilih Paslon nomor 1 pada putaran ke-dua
Jika dilihat dari basis massa pendukung partai masing-masing paslon, basis massa partai pendukung paslon nomor 2 :
PDIP        – Nasionalis
Golkar     – Nasionalis
Hanura   – Nasionalis
Nasdem  – Nasionalis

Basis massa pendukung dari partai pendukung paslon 3 :
Gerindra - Nasionalis
PKS          - Agama

 Sedang basis massa dari empat partai pendukung paslon nomor 1, yang suaranya akan diperebutkan, yaitu :
Partai Demokrat - Nasionalis
PPP  -  Agama
PKB  -  Agama
PAN -  Agama

Terlihat bahwa basis massa pendukung paslon 1 kebanyakan adalah dari partai yang berbasiskan agama. Sehingga kemungkinan pemilih berbasis agama pemilih paslon 1 akan beralih ke paslon 3 yang mempunyai partai pendukung berbasis agama juga. Sedang massa dari partai Nasionalis masih belum jelas, tapi mungkin mereka juga akan beralih ke paslon 3 atau golput.

Jika semua suara paslon 1 beralih ke paslon 3, menjadi tantangan yang berat bagi paslon 2 di putaran ke-dua. Tinggal harapannya pada mereka yang tidak menggunakan hak suaranya (golput) yang mencapai angka 23 % (1.570.185 jiwa). Jika bisa mengambil suara dari mereka, maka pertarungan masih akan berimbang. 


Potensi meraih suara golput
Mengapa mereka golput ??    Bagaimana meraih suara dari kaum golput ??
Dua pertanyaan yang harus dijawab terlebih dahulu untuk mendapatkan suara mereka. Kemungkinan penyebab golput, antara lain :
  1. Kurangnya Sosialisasi.
    Sosialisasi diperlukan, selain sosialisasi waktu dan tempat pencoblosan diperlukan juga sosialisasi tentang pentingnya memilih. Sehingga masyarakat sadar dengan memilih sekarang akan menentukan masa depan daerahnya lima tahun ke depan. 
  2. Waktu Pencolosan
    Waktu pencoblosan berbenturan dengan kesibukan aktifitas dari calon pemilih. Dengan membuat hari pemilihan adalah hari libur, sebenarnya sudah tepat, walau bisa juga para pemilih akan pergi berliburan juga. 
  3. Kurang mengenal sosok Calon
    Pemilih kurang mengenal sosok calon sehingga tidak tertarik untuk memilih.
    Untuk itu diperlukan peran aktif paslon untuk memperkenalkan diri dan program kerjanya ke masyarakat. 
  4. Apatis
    Setelah berkali-kali mengalami pergantian peminpin, masyarakat tidak merasakan adanya perubahan apapun, menyebabkan timbulnya pikiran apatis ditengah masyarakat.
    Untuk mengatasinya, paslon perlu menunjukkan hasil kerja, atau program kerja yang masuk diakal calon pemilih. Bukan janji-janji surga, yang bisa menjadi cibiran calon pemilih. 
  5. Keterbatasan Lembar Suara dan Rentang Waktu Pencoblosan
    Saat pelasanaan Pilkada kemarin, masih terdengar keluhan pemilih yang hendak melaksanakan hak pilihnya tapi lembar kertas suara sudah habis. Ada juga karena keterbatasan waktu, berhubung waktu pencoloksan sudah ditetapkan pukul 08.00-13.00 waktu setempat. Sehingga bagi mereka yang datang di luar waktu tersebut sudah tidak dilayani lagi untuk melaksanakan hak pilihnya.
    Untuk itu perlu kiranya diantisipasi kekurangan lembar suara di tiap TPS (Tempat Pemungutan Suara) dan rentang waktu pencoblosan bisa disesuaikan/ ditambah.
     
    Seputar Isu di putaran ke-dua
    Pemilih dalam Pilkada DKI Jakarta 2017 terpecah menjadi dua golongan; pemilih emosional dan pemilih rasional. Pemilih yang mengedepankan emosional, saat ini dinilai cukup tinggi. Metrotvnews.com Rabu, 30 Nov 2016.
    Beberapa isu yang mungkin masih akan ada di putaran ke-dua :
  • Program Kerja
  • Isu Sara
  • Isu Politik Uang

 

Program Kerja
Program kerja, merupakan gambaran apa yang akan dilakukan oleh paslon jika terpilih nanti. Dengan mengadu program kerja para paslon bersaing meraih hati para calon pemilih. Seperti bagaimana program kerja (solusi) untuk beberapa hal yang masih ada di Jakarta, antara lain :
  • Kemacetan
  • Banjir
  • Kesejahteraan Sosial
Isu program kerja menarik bagi para calon pemilih rasional, tapi tidak menarik bagi calon pemilih emosional. Bagi pemilih emosional, yang lebih mengutamakan perasaan, apapun program yang ditawarkan ataupun yang telah berhasil dikerjakan paslon tidak akan menarik perhatiannya.

Isu SARA
Isu ini mungkin masih akan ada pada putaran ke-dua. Karena bagi pemilih emosional, isu ini jauh lebih menarik dari pada program kerja yang ditawarkan oleh paslon. Apalagi ada paslon yang masih terbelit masalah dugaan penistaan agama, yang hingga saat ini masih diproses di pengadilan. Ini menjadi “amunisi” yang tiada habisnya bagi para penentang untuk terus menolak paslon tersebut. Terkadang isu ini jauh lebih besar gaungnya dari pada isu program kerja.

Poitik Uang
Untuk mendapatkan suara, terkadang politik uang, dalam berbagai bentuk mungkin masih ada yang melakukannya. Politik uang adalah isu yang sulit untuk dibuktikan, seperti “buang angin” terasa ada terkatakan tidak. Tapi seharusnya para calon pemilih sudah cerdas untuk menyikapi politik uang ini, jika ada. 

Jadi pilihannya, kembali terserah ke masyarakat Jakarta. Apakah akan memilih berdasarkan rasionalitas program kerja untuk kemajuan Jakarta atau malah berdasarkan emosional primordialisme, yang menimbulkan pernyataan “asal bukan si polan”.

Selamat memilih di putaran ke-dua